BSI Bukukan Laba Rp 5,57 triliun ditopang Bisnis Emas & Haji

- BSI mencatat laba bersih Rp5,57 triliun di triwulan III 2025, naik 9,04% YoY
- DPK BSI naik 15,66% menjadi Rp348,38 triliun dengan mayoritas berada di kategori dana murah (CASA)
- Pembiayaan BSI tumbuh 12,65% menjadi Rp300,85 triliun dengan bisnis emas sebagai produk unggulan
Jakarta, FORTUNE – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) membukukan laba bersih senilai Rp5,57 triliun pada triwulan III 2025. Laba ini melonjak 9,04 persen secara tahunan (YoY) yang dikontribusi oleh bisnis emas dan haji sebagai mesin utama kinerja BSI.
Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo menyatakan, kinerja solid BSI tidak lepas dari dukungan kuat Pemerintah RI melalui berbagai kebijakan ekonomi dan program stimulusnya. Salah satunya pemberian izin bullion bank atau pendirian Bank Emas pada 26 Februari 2025 dan penempatan Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah. Tercatat, BSI memperoleh penempatan dana SAL sebesar Rp10 triliun yang diklaim sudah terserap habis.
“Program tersebut memperkuat peran BSI dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Selain program tersebut, penurunan BI Rate dan penempatan dana SAL pada periode ini juga cukup membuat likuiditas perbankan lebih kondusif,” kata Anggoro di Jakarta, Rabu (29/10).
Ditopang tabungan haji, DPK BSI naik 15,66%

Posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) BSI pada triwulan III mencapai Rp348,38 triliun, naik 15,66 persen(YoY). Mayoritas Dana Pihak Ketiga saat ini berada di kategori dana murah (CASA) yaitu sebesar 59,42 persen. Komposisi DPK BSI terdiri atas tabungan sebesar 41,95 persen dengan outstanding Rp146,36 triliun, giro 17,41 persen dengan outstanding Rp60,64 triliun dan deposito sebesar 40,58 persen dengan outstanding Rp141,38 triliun.
Pada akhir 2025, lanjut Anggoro, BSI fokus terus menumbuhkan dana murah khususnya tabungan dari unique sharia proposition yakni Tabungan Haji dan Tabungan Bisnis dengan pertumbuhan masing-masing 19 persen dan 55 persen.
Pembiayaan BSI naik 12,65%

Pembiayaan BSI pada triwulan III mencapai Rp300,85 triliun, naik 12,65 persen (YoY). Mayoritas pembiayaan dikontribusi oleh segmen Ritel UMKM dan konsumer termasuk emas sebesar Rp217,86 triliun dengan komposisi sebesar 72,42 persen. Disusul segmen Wholesale sebesar Rp82,89 triliun atau memiliki komposisi 27,58 persen.
Anggoro menjadikan bisnis emas sebagai produk unggulan. Sejak peluncuran layanan bulion oleh pemerintah 26 Februari 2025, bisnis emas BSI tumbuh melesat 72,82 persen (YoY) mencapai Rp18,76 triliun yang terdiri atas Cicil Emas Rp10,32 triliun tumbuh 106,36 persen (YoY), dan Gadai Emas Rp8,44 triliun tumbuh 44,19 persen (YoY). Selain pembiayaan emas, BSI juga mencatatkan pertumbuhan Tabungan E-mas dengan saldo kelolaan 1,15 ton, penjualan 1,69 ton dan CIF rekening emas mencapai 200 ribu.
Melesatnya pembiayaan emas juga mendorong pembiayaan Konsumer BSI naik 15,02 persen dengan outstanding Rp167,62 triliun. Adapun sektor-sektor produktif yang menopang pembiayaan wholesale BSI yakni pada sektor Telekomunikasi, Agrobisnis, dan Transportasi.
Tak hanya tumbuh sustain, kualitas pembiayaan terjaga dengan indikasi NPF Gross 1,86 persen membaik dari periode sebelumnya dan lebih baik dari posisi industri. Dengan berbagai pencapaian bisnis tersebut mendorong peningkatan aset BSI yang tumbuh 12,37 persen menjadi Rp416 triliun di akhir September 2025.


















