Pembiayaan Naik 13,9 Persen, Ini Strategi BSI Alokasi Dana Rp10 T Kemenkeu

- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatatkan outstanding pembiayaan sebesar Rp293,24 triliun atau naik 13,93 persen (YoY) pada kuartal II-2025.
- BSI akan mengalokasikan dana sekitar Rp10 triliun dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ke pembiayaan sektor riil khususnya pada ekosistem muslim seperti makanan halal, fesyen halal, dan wisata halal.
- Hingga Juni 2025, BSI mampu membukukan laba senilai Rp3,74 triliun (audited) atau tumbuh solid di angka 10,21 persen (YoY).
Jakarta, FORTUNE – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatatkan outstanding pembiayaan sebesar Rp293,24 triliun atau naik 13,93 persen (YoY) pada kuartal II-2025. Mayoritas pembiayaan ini disumbang oleh segmen ritel dan konsumer, termasuk emas, dengan nilai Rp211,78 triliun atau 72,22 persen, disusul segmen wholesale sebesar 27,78 persen.
Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo, mengatakan kinerja yang kuat pada kuartal II-2025 adalah buah dari konsistensi perseroan dalam memuatkan perhatiannya pada bisnis khas bank syariah, yakni emas dan Islamic ecosystem terutama layanan haji dan umrah.
"Bisnis tersebut tentu saja didukung transformasi digital sehingga memudahkan nasabah mengakses layanan,” ujar Anggoro melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Selasa (23/9).
Dana Kemenkeu akan diarahkan BSI ke pembiayaan sektor riil

Anggoro juga menyatakan, pihaknya bakal mengalokasikan kucuran dana sekitar Rp10 triliun dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ke pembiayaan sektor riil, khususnya pada ekosistem muslim seperti makanan halal, fesyen halal, dan wisata halal.
"Kami di BSI dapat Rp 10 triliun (dari Kemenkeu), yang pasti ini akan perkuat financing to deposit ratio (FDR) kami, dan kami juga akan bisa meningkatkan pembiayaan ke sektor riil," kata Anggoro.
Ia menyatakan, tren FDR di BSI kini berada pada level 86 persen seiring dengan penurunan suku bunga acuan atau BI-rate. Dengan demikian, Anggoro memastikan pembiayaan hingga akhir tahun masih tetap tumbuh.
Laba BSI naik 10,21 persen menjadi Rp3,74 triliun

Di sisi lain, hingga Juni 2025 BSI mampu membukukan laba Rp3,74 triliun (audited) atau tumbuh solid pada level 10,21 persen (YoY). Sementara itu, strategi lain yang juga mendorong kinerja solid yakni pengelolaan dana murah.
Direktur Finance and Strategy, Ade Cahyo Nugroho, mengatakan Dana Pihak Ketiga (DPK) BSI tumbuh konsisten dengan tabungan sebagai mesin pertumbuhan. Dengan demikian, komposisi dana murah atau CASA terjaga pada level 61,78 persen atau Rp199,48 triliun.
Ekosistem payroll dan haji juga terbukti mampu mendorong pertumbuhan DPK 8,83 persen (YoY) mencapai Rp323 triliun.
“Sedangkan untuk tabungan BSI mencapai Rp141,30 triliun, tumbuh 9,71 persen secara tahunan,” kata Ade.
Melesatnya bisnis berbasis emas, menurutnya, meningkatkan pendapatan margin perseroan ke level Rp14,09 Triliun, tumbuh 16,61 persen (YoY), dan pendapatan berbasis fee menjadi Rp2,94 triliun, naik 18,37 persen.
Di sisi lain, peningkatan DPK menjaga aset BSI pada angka Rp401 triliun.