Transaksi Jemaah Haji-Umrah Capai Rp128 T, Peluang bagi Pengusaha

Jakarta, FORTUNE - Nilai transaksi jemaah haji dan umrah asal Indonesia di Arab Saudi mencapai US$8 miliar atau setara Rp128 triliun. Jumlah tersebut menjadi peluang besar bagi pelaku usaha dalam negeri untuk memperkuat kehadiran bisnis Indonesia di kawasan Timur Tengah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut potensi ekonomi dari aktivitas haji dan umrah masyarakat Indonesia sangat signifikan, dan seharusnya bisa dimanfaatkan lebih maksimal oleh sektor usaha nasional. “Jadi haji umrah kita value-nya sekitar US$8 miliar, seharusnya ini menjadi potensi market Indonesia di Timur Tengah,” ujar Airlangga saat berbicara dalam Sarasehan Ekonom Islam, yang disiarkan melalui kanal YouTube IAEI TV, Kamis (15/5).
Ia menjelaskan bahwa jasa perjalanan, termasuk haji dan umrah, merupakan bagian dari kontribusi Indonesia terhadap ekonomi Arab Saudi. Oleh karena itu, para pelaku usaha nasional didorong untuk aktif dalam penyediaan layanan yang dibutuhkan jemaah selama berada di Tanah Suci, mulai dari makanan halal, akomodasi, hingga layanan penunjang lainnya.
“Kalau kita yang siapkan makanannya, akomodasinya, dan servisnya di sana, maka tentu sebagian dari US$8 miliar ini bisa ditarik kembali ke Indonesia,” ujarnya.
Airlangga menekankan, optimalisasi potensi ekonomi ini juga bisa didorong melalui sistem pembayaran nasional. Ia mencontohkan bagaimana wisatawan asal Cina tetap menggunakan sistem pembayaran dalam negerinya saat bepergian ke luar negeri.
“Sama seperti turis dari Cina, mereka keluar negeri tetapi tetap menggunakan sistem pembayaran dari Cina, sehingga devisanya tetap kembali ke negaranya,” ujarnya.
Untuk itu, Airlangga telah meminta Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo agar memperluas pemanfaatan sistem Quick Response Indonesian Standard (QRIS) sebagai metode pembayaran bagi jemaah Indonesia di Arab Saudi. Apabila kerja sama dengan otoritas keuangan Arab Saudi dapat terwujud, QRIS akan memungkinkan transaksi jamaah tetap berada dalam ekosistem keuangan nasional.
“Kalau kita menggunakan QRIS dengan bank sentral Arab Saudi, para jamaah umrah dan haji bayarnya pakai QRIS saja. Jadi uangnya balik lagi ke Indonesia,” ujar Airlangga. Dengan pendekatan ini, Indonesia tidak hanya menjadi negara pengirim jemaah terbesar, tetapi juga memiliki peran ekonomi yang lebih kuat dalam ekosistem ibadah haji dan umrah secara global.