AI Diyakini Memacu Pendapatan Sektor Utilitas dalam 3 Tahun ke Depan

- 94% eksekutif sektor utilitas percaya AI akan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan dalam 3 tahun ke depan
- AI digunakan untuk modernisasi sistem dan mendukung target energi bersih, meningkatkan akurasi peramalan energi hingga 30%
- IBM Maximo Application dimanfaatkan oleh PLN Icon Plus untuk meningkatkan keandalan operasional dan mendukung komitmen perusahaan terhadap tanggung jawab lingkungan
Jakarta, FORTUNE — Artificial intelligence (AI) diyakini dapat membantu peningkatan pendapatan perusahaan di sektor utilitas hingga energi. Hal itu tertuang dalam survei terbaru IBM Institute for Business Value (IBV) yang menyatakan bahwa 94 persen eksekutif sektor utilitas percaya AI akan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan dalam tiga tahun ke depan. Riset ini dilakukan terhadap 100 eksekutif utilitas di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Singapura, dan Australia.
“Para eksekutif energi dan utilitas di seluruh dunia menyadari bahwa kecerdasan buatan bukan lagi pilihan, melainkan telah menjadi infrastruktur fundamental guna mengelola kompleksitas sistem energi modern sekaligus memenuhi target keberlanjutan,” kata Strategic Engagements Leader IBM Consulting, Asia-Pacific, Arum Biswas, saat sesi virtual roundtable, Jumat (5/12).
Terkait dampaknya ke pendapatan, para eksekutif utilitas ini juga memperkirakan bahwa 11 persen pendapatan tahun 2025 berasal dari inisiatif berbasis AI, dengan proyeksi meningkat menjadi 15 persen pada tahun 2028.
IBM: AI bantu modernisasi sektor utilitas untuk energi bersih

Masih dalam riset yang sama, AI juga berperan untuk modernisasi sistem dan mendukung target energi bersih. Lebih dari dua dari lima perusahaan utilitas global saat ini telah menggunakan AI untuk bisnis energi, yang mana 44 persen responden melakukan integrasi energi terbarukan antara lain dengan mengelola output tenaga surya dan angin yang tepat.
Sistem cerdas seperti GridFM—dikembangkan oleh konsorsium yang mencakup IBM, Linux Foundation for Energy, Hydro-Québec, ETH Zurich, Argonne National Laboratory, SSEN Transmission, serta operator sistem listrik Swiss – juga merangkum data dari berbagai sumber termasuk cuaca, pola beban, sistem SCADA, smart meter, dan citra satelit.
IBM mencontohkan implementasi AI pada salah satu perusahaan sektor utilitas di Australia yang mampu meningkatkan akurasi peramalan energi lebih dari 30 persen serta memangkas waktu penyusunannya hingga 90 persen. Menurutnya, hasil ini mencerminkan pergeseran pengambilan keputusan berbasis data dan pengelolaan infrastruktur yang lebih cerdas yang memungkinkan perusahaan utilitas untuk memaksimalkan pemanfaatan aset sekaligus mempercepat transisi menuju energi yang lebih bersih.
“AI memungkinkan pergeseran penting dari operasi reaktif menjadi prediktif, mengubah utilitas dari sekadar merespons kegagalan menjadi bisa mencegahnya, mengoptimalkan kinerja aset secara real-time, serta mengintegrasikan energi terbarukan lebih besar,” kata Catherine Lian selaku General Manager dan Technology Leader IBM ASEAN.
Contoh lain di negara Indonesia, PLN Icon Plus, anak perusahaan dari BUMN Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah memanfaatkan IBM Maximo Application untuk meningkatkan keandalan operasional sekaligus mendukung komitmen perusahaan terhadap tanggung jawab lingkungan.
Apalagi dalam kesepakatan ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC) 2026-2030 telah menetapkan target yang cukup ambisius yakni 30 persen pangsa energi terbarukan dalam total pasokan energi primer. Dengan demikian, Catherine berharap inovasi teknologi IBM dapat membantu perusahaan memodernisasi manajemen sistem perusahaan menuju energi hijau.


















