TECH

Tantangan yang Harus Dihadapi Teknologi Kendaraan Otonom

Teleoperasi mungkinkan peran manusia dalam teknologi otonom.

Tantangan yang Harus Dihadapi Teknologi Kendaraan OtonomSalah satu contoh kendaraan otonom di Jerman. (Pixabay/falco)
26 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Tren kendaraan bertenaga baterai nampaknya akan meningkat di masa mendatang. Teknologi kendaraan otonom yang bergerak tanpa pengemudi pun mulai dilirik untuk menjadi bisnis baru. Apalagi, jaringan telekomunikasi 5G telah terbangun dan mendukung berbagai inovasi teknologi tinggi, seperti augmented reality maupun metaverse, termasuk kendaraan otonom.

Kehadiran kendaraan otonom dan otomatisasi dalamberbagai pekerjaan membuat segalanya seolah mudah. Persentase kekeliruan pada level operasional pun dapat ditekan. Ini baik bagi konsumen serta berpotensi meningkatkan pendapatan. Namun, bila semua kendaraan sudah berjalan secara otomatis, seberapa jauh manusia berperan dalam perkembangan teknologinya?

Melansir situs Venture Beat (25/11), Teleoperasi adalah teknologi yang memungkinkan manusia untuk memantau, membantu, dan mengemudikan kendaraan otonom dari jarak jauh. Meski bersandar pada mesin, peran manusiamasih dianggap penting.

Venture Beat menuliskan, ada 4 kategori utama yang masih menjadi tantangan terbesar dalam otonomisasi kendaraan, yakni persoalan penumpang, masalah-masalah darurat, pengiriman paket, dan area khusus yang didatangi. 

1. Persoalan penumpang

Ketiadaan pengemudi saat berkendara akan berdampak bagi para penumpang. Selain perasaan canggung, penumpang bakal merasa kesepian, terutama saat bepergian sendiri. Selain itu, pada kasus kendaraan umum seperti taksi, penumpang dapat mengalami kebingungan dalam mengontrol berbagai fitur kendaraan, misalnya pendingin ruangan atau sistem hiburan.

Berikutnya, presisi tujuan pengantaran juga sangat penting bagi penumpang kendaraan otonom. Bahkan, sistem peta navigasi digital saja kadang kurang akurat dalam meletakkan titik tujuan. Hal demikian menjadi tantangan besar bagi penyedia teknologi kendaraan otonom.

Biasanya, pengemudi adalah pihak yang bereaksi ketika penumpang tak mengenakan sabuk pengamana atau tak sengaja meninggalkan barang, misalnya. Namun, dengan ketiadaan sopir, tanggung jawab itu pun pasti bergeser dan mungkin tidak dapat ditemui secara langsung.

2. Masalah-masalah darurat

Kendaraan otonom perlu lebih memberikan perhatian pada sejumlah masalah darurat dari sisi penumpang yang mungkin saja timbul pada saat berkendara. Misalnya, terkait tindakan kriminal yang terjadi di antara penumpang atau jika ada penumpang yang tiba-tiba mengalami sakit darurat.

Dalam situasi darurat di kendaraan konvensional, pengemudi biasanya berperan sangat penting dalam membuat keputusan dan solusi atas masalah yang terjadi. Bisa situasi mulai tidak terkendali, pengemudi akan jadi sosok yang paling mungkin meredakan situasi dan mengarahkan kendaraan menuju pihak berwenang seperti kantor polisi atau rumah sakit. Lalu, bagaimana bila situasi darurat ini terjadi di kendaraan otonom?

Related Topics