TECH

Pasar Tenaga Kerja di Asia Tenggara dan Hong Kong Masih Dinamis

Naik lebih tinggi ketimbang pandemi.

Pasar Tenaga Kerja di Asia Tenggara dan Hong Kong Masih DinamisPekerja Kantoran Saat Jam Makan Siang di Canary Wharf, London. Shutterstock/Viiviien
20 October 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Tren pasar tenaga kerja di Asia Tenggara dan Hong Kong kembali menunjukkan dinamikanya. Dari sisi pencari kerja, terjadi peningkatan jumlah lamaran kerja, dan kenaikannya lebih tinggi dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. 

Hal tersebut disampaikan oleh Peter Bithos, Chief Executive Officer SEEK untuk Asia, yang menaungi platform pencari kerja JobsDB dan JobStreet, dalam ajang Tech in Asia Conference 2023 yang digelar di Jakarta pada 18–19 Oktober 2023.

Pernyataannya itu masih sejalan dengan survei JobStreet, JobsDB, Boston Consulting Group, dan the Network sebelumnya yang memproyeksikan 2023 bakal tetap menjadi pasar pencari kerja di Asia Tenggara dan Hong Kong di tengah-tengah kelesuan ekonomi yang melanda dunia. 

Jajak pendapat dimaksud, yang menanyakan 97.324 responden di Indonesia, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, menemukan bahwa 34 persen dari para responden tersebut aktif mencari pekerjaan. 

Motivasi utama mereka adalah: posisi lebih menarik atau senioritas lebih tinggi (49 persen), kurangnya peluang kenaikan karier pada tempat yang sekarang (30 persen), dan tidak puas dengan gaji serta tunjangan pada pekerjaan saat ini (27 persen). 

Masih dari studi yang sama, para pekerja yang disurvei mengaku percaya diri untuk mencari peluang baru meski bayang-bayang ketidakpastian ekonomi tetap menghantui. 

Dalam presentasinya, Peter pun memaparkan keyakinannya pada teknologi yang diterapkan pada platform SEEK yang berguna dalam menghubungkan lebih dari 15 juta basis penggunanya dengan peluang pekerjaan secara efisien. Dasarnya adalah pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang mempercepat proses penyaringan, dan memastikan pemberi kerja menemukan orang yang tepat dengan cepat. 

Bulan lalu, Bithos sempat menyatakan bahwa SEEK Asia akan berekspansi besar-besaran di Indonesia dengan nilai investasi lebih dari 200 juta dolar Australia atau nyaris Rp2 triliun. 

“Sekarang, sebuah perusahaan di Jakarta bisa mencari talenta di Singapura atau Australia. Sebaliknya, kandidat di Indonesia bisa mencari pekerjaan di kawasan Asia Tenggara atau Asia-Pasifik. Ini adalah proyek terbesar yang pernah kami lakukan,” katanya kepada Fortune Indonesia saat itu (12/9).

Menurut Bithos, Indonesia akan menjadi negara pertama yang dipilih Jobstreet untuk berekspansi, sebelum negara-negara lainnya di kawasan Asia-Pasifik. Pasalnya, pasar tenaga kerja di sini cukup kompleks, baik bagi perusahaan maupun para pencari kerja. Apalagi, ujarnya, Jobstreet sendiri telah beroperasi di Indonesia selama kurang lebih 20 tahun. 

Pada ajang yang sama, Sawitri, Indonesia Country Marketing Manager, JobStreet by SEEK, mengatakan ada lima sektor yang akan membuka lapangan kerja terbesar di Indonesia, yakni food & beverage, retail, perbankan dan keuangan, manufaktur, serta Teknologi. 

“Kami juga melihat kebangkitan sektor teknologi di Indonesia, diikuti dengan perubahan fokus bisnis yang mengedepankan profitabilitas dan produktivitas,” ujarnya (18/10), sembari menambahkan bahwa pencapaian ROI dalam SDM teknologi menjadi penting, diikuti optimalisasi SDM dengan perampingan jumlah karyawan yang disertai peningkatan kapasitas karyawan, serta perubahan strategi perekrutan secara global guna mencapai produktivitas perusahaan. 

Bahkan, menurutnya, transformasi digital—terutama berkenaan dengan pemanfaatan AI—dalam bisnis pada sektor di luar teknologi sudah menjadi keharusan agar perusahaan dapat terus tumbuh.

“Pekerjaan yang melibatkan pengambilan keputusan, penyelesaian masalah kompleks, interaksi manusia serta hal yang berhubungan dengan moral dan etika tidak bisa digantikan oleh AI. Akan tetapi, di sisi lain AI juga menciptakan pekerjaan baru, misalnya untuk mengembangkan, mengoptimalkan, dan mengawasi keamanan AI,” kata Sawitri.

Related Topics