TECH

Alasan Ekonomi Lesu, Amazon Bakal PHK 18.000 Pekerja

Amazon mengaku terlalu banyak merekrut pekerja selama wabah.

Alasan Ekonomi Lesu, Amazon Bakal PHK 18.000 PekerjaIlustrasi Amazon (unsplash.com/Bryan Angelo)
05 January 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Amazon akhirnya mengonfirmasi kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang kabarnya telah santer sejak tahun lalu. Raksasa e-commerce dari Amerika Serikat tersebut kini menyatakan rencananya untuk melakukan pemecatan terhadap 18.000 pekerjanya.

“Amazon telah melewati ekonomi yang tidak pasti dan sulit di masa lalu, dan kami akan terus melakukannya,” kata CEO Amazon, Andy Jassy, dalam memo pengumuman PHK kepada karyawan, seperti dikutip dari The Straits Times, Kamis (5/1).

Menurutnya, perubahan ini akan membantu perusahaan tersebut dalam mengejar peluang jangka panjang dengan struktur biaya lebih kuat.

Kebijakan efisiensi Amazon ini lebih besar dari yang dilaporkan sebelumnya. Laporan sejumlah media menyebut perusahaan teknologi itu telah merencanakan untuk memangkas 10.000 karyawan.

Jassy menyebut kebijakan efisiensi ini nantinya akan berfokus pada departemen ritel dan sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, Amazon akan mendiskusikan langkah PHK kepada karyawan yang terdampak pada 18 Januari.

Mereka mengaku akan memberikan pesangon, tunjangan kesehatan, dan dukungan penempatan kerja bagi karyawan yang terdampak.

“Kami menyadari bahwa penghapusan peran ini sulit bagi orang-orang. Dan kami tidak menganggap mudah keputusan ini atau meremehkan seberapa besar pengaruhnya terhadap kehidupan orang-orang yang terkena dampaknya,” ujarnya seperti dilansir dari CNN Business.

Menurutnya, para eksekutif Amazon baru-baru ini telah menggelar pertemuan. Di sana, perusahaan merumuskan cara untuk merampingkan perusahaan, serta memprioritaskan hal yang paling penting bagi pelanggan dan kesehatan jangka panjang bisnis perusahaan.

Bisnis Amazon

Amazon.
Amazon. (Pixabay/geralt)

Bisnis Amazon awalnya berkembang pesat selama pandemi Covid-19 karena konsumen mengandalkan belanja daring untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Meski demikian, perusahaan menghadapi tren perubahan konsumen yang kembali belanja secara langsung. Pada saat sama, lonjakan inflasi telah menurunkan tingkat permintaan dari konsumen.

Di sisi lain, Amazon mengakui bahwa mereka terlalu banyak mempekerjakan orang selama Covid.

“Perusahaan yang bertahan lama melewati fase yang berbeda,” kata Jassy. “Mereka tidak dalam mode ekspansi (untuk merekrut orang) setiap tahun.”

Peritel terbesar di dunia tersebut pada akhir tahun lalu mengambil sejumlah langkah penghematan. Amazon, misalnya, menunda pembukaan gudang dan menghentikan perekrutan pada grup ritelnya. Selain itu, Amazon membatasi pula percobaan pada bisnis yang tidak menguntungkan, termasuk layanan telehealth, robot pengiriman, dan perangkat panggilan video anak-anak.

Kebijakan PHK barusan ini disebut hanya sebagian kecil dari jumlah karyawan Amazon. Menurut data, perusahaan itu memiliki 1,5 juta karyawan pada September 2022. Dalam arti lain, keputusan efisiensi ini hanya mewakili 1 persen dari total tenaga kerja perusahaan.

Ini juga bukan PHK yang pertama kali terjadi di sana. Amazon sebelumnya telah melakukan efisiensi ke divisi Perangkat dan Layanan, grup yang membuat asisten suara digital Alexa dan speaker pintar Echo.

Amazon menambah daftar perusahaan teknologi yang menempuh langkah efisiensi serupa. Perusahaan perangkat lunak Salesforce, contohnya, baru-baru ini menyatakan bakal memangkas 10 persen tenaga kerjanya. Sementara, Meta, perusahaan induk Instagram dan Facebook, tahun lalu mengumumkan PHK terhadap 11.000 karyawan.

Related Topics