BUSINESS

Inovasi Para Pelaku Industri EO untuk Bertahan Saat Pandemi

Walau tak mudah, namun nyatanya membuahkan hasil.

Inovasi Para Pelaku Industri EO untuk Bertahan Saat PandemiGelaran International Java Jazz Festival. (dok. Java Festival Production)
02 May 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Setahun lebih sejak pandemi merebak, industri Event Organizer (EO)—khususnya pameran—tak bisa menggelar hajat karena bisnis utamanya mengumpulkan massa, berseberangan dengan virus corona yang memburu inang sebanyak mungkin untuk terus bertahan.

Seperti tumbuhan layu, yang daunnya begitu mudah gugur, industri EO menyaksikan satu per satu perusahaan yang bernaung padanya rontok. Mengacu pada riset Inventure dan Alvara (2022), 1.218 pemain di industri diperkirakan merugi sekitar Rp2,69 triliun–Rp6,94 triliun akibat pandemi.

Pandemi laiknya musim kemarau panjang bagi industri EO seperti pameran dan festival musik. Maka ketika negara mulai mengumandangkan transisi menuju endemi, para pelaku siap menyambutnya dengan sejumlah inovasi.

Seven Events ubah strategi bertahan jadi melawan

GAIKINDO International Auto Show.
GAIKINDO International Auto Show. (dok. Seven Events)

Bak tanaman layu yang kembali tegak sehabis kena air. Begitulah kondisi Seven Events setelah menggelar GAIKINDO International Auto Show (GIIAS) 2021 usai dihantam kemarau industri pameran akibat pandemi.

“Kadang ketika pameran di masing-masing booth akan ada EO (event organizer) lagi. Mereka bilang, ‘kami berharap hanya buat GIIAS (2021), satu-satunya napas kami, kalau enggak jalan enggak tahu deh bagaimana hidup perusahaan’. Sama seperti saya,” ujar Presiden Direktur Seven Events, Romi, kepada Fortune Indonesia ketika ditemui di JCC Senayan (16/3).

Awalnya, Seven Events menerapkan strategi bertahan sembari melakukan efisiensi—gaji dikurangi bertahap, kebijakan WFH, menekan pengeluaran operasional. Tapi, berdasarkan perhitungan pada 2021, Seven Events diperkirakan hanya bisa bertahan hingga Desember 2021.

Romi dan tim mengubah strategi jadi melawan, bersikukuh mencari cara agar GIIAS 2021 terlaksana. Sebab, ajang tersebut melibatkan sekitar 10.000 pekerja. Jika acaranya kesampaian, akan terjadi efek domino bagi hotel dan restoran di sekitar lokasi acara di ICE Indonesia, BSD City, Tangerang. “Akhirnya GIIAS terjadi pada November 2021. Meskipun mundur dua kali (karena merebaknya varian Delta), dari Agustus ke September, lalu ke November,” kata Romi.

Lewat pengalaman ini, ada tiga pelajaran yang dipetik oleh Seven Events sepanjang pandemi: pelaku industri pameran harus konsisten saat berhadapan dengan ketidakpastian, harus berani mengambil risiko, serta siap bekerja dengan tenggat waktu singkat.

Format hibrida yang diterapkan Dyandra Promosindo

Indonesia International Motor Show.
Indonesia International Motor Show. (dok. PT Dyandra Promosindo)

Related Topics