BUSINESS

Kadin Sebut Sektor Jasa Tumbuh Positif di 2022, Apa Pendorongnya?

Keyakinan didasari oleh pulihnya konsumsi dalam negeri.

Kadin Sebut Sektor Jasa Tumbuh Positif di 2022, Apa Pendorongnya?Wakil Ketua Umum KADIN, Shinta W. Kamdani. (dok. KADIN)
12 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Sejumlah pelaku usaha memandang tahun 2022 dengan optimistis. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengatakan, pemulihan ekonomi nasional diharapkan berdampak positif bagi pertumbuhan sektor usaha seperti jasa perjalanan, retail, dan pariwisata.

\Wakil Ketua Umum Shinta Widjaja Kamdani,  mengatakan keyakinan ini didasari oleh pemulihan tingkat konsumsi dalam negeri sejak akhir tahun lalu. “Di luar sektor-sektor tersebut, kami perkirakan sektor seperti kesehatan, pendidikan, dan digital akan terus mencetak pertumbuhan yang baik di tahun ini,” kata Shinta kepada Fortune Indoneisa, Rabu (12/1). 

Shinta yang juga menjabat CEO Sintesa Group ini menuturkan,  sektor usaha akan semakin prospektif jika pemerintah berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 serta mengopetimalkan pencegahan penyebaran virus Omicron. “Selain itu, mempercepat vaksinasi hingga mencapai herd immunity,” ujar Shinta.

Pemulihan ekonomi semakin kuat

Shinta menambahkan, relaksasi pembatasan mobilitas masyarakat dapat mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan. Namun, kekebalan kolektif harus lebih dulu dilakukam. 

Presidensi Indonesia di G20, kata Shinta dapat menjadi faktor penting lain yang mendukung titik balik sektor-sektor yang tertekan karena pandemi dengan lebih cepat, bahkan mencapai hasil yang lebih tinggi dari sebelumnya.

“Kami cukup yakin pemulihan ekonomi bisa berjalan lancar, stabil & jauh lebih kuat daripada tahun lalu,” ucapnya pada Fortune Indonesia.

Penyebab inflasi

Terkait sektor energi yang dianggap sebagai penyebab inflasi di awal 2022, Shinta mengatakan bahwa secara riil di lapangan angkanya belum terkerek. Dengan demikian, seharusnya belum terjadi kenaikan biaya produksi karena faktor energi di industri manufaktur.

"Ada kemungkinan bahwa kenaikan harga di akhir tahun terjadi karena isu kelancaran supply atau supply demand imbalance," kata Shinta seperti dikutip dari laman resmi Kadin (12/1). “Ada penjual yang memanfaatkan isu kenaikan harga energi untuk menaikkan harga di pasar."

Untuk itu, Kadin mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan wacana kenaikan harga energi pada tahun ini dengan matang, khususnya berkenaan dengan tarif dasar listrik dan penghapusan bahan bakar minyak (BBM) premium dan pertalite.

Related Topics