Kontribusi PT Gag Nikel Terhadap Pendapatan ANTM Kurang dari 10 Persen

- PT Gag Nikel memiliki kontribusi pendapatan yang relatif kecil terhadap PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
- Pendapatan ANTM didominasi oleh penjualan emas, sementara kontribusi bijih nikel masih di bawah 10 persen
- PT Gag Nikel diizinkan beroperasi karena mematuhi aturan lingkungan hidup dan tata kelola limbah yang baik
Jakarta, FORTUNE - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengungkapkan bahwa kontribusi anak usahanya, PT Gag Nikel, terhadap pendapatan konsolidasi perusahaan masih relatif kecil. Hal ini disampaikan Direktur Utama ANTM, Achmad Ardianto, usai acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2024 yang berlangsung di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (12/6).
“Porsi pendapatan Antam didominasi oleh penjualan emas, yang nilainya hampir 70 persen dari total. Untuk bijih nikel, kontribusinya masih tergolong kecil, termasuk Gag Nikel yang angkanya di bawah 10 persen,” kata Achmad.
Jika mengacu pada pernyataan tersebut, dengan total pendapatan Antam pada 2024 mencapai Rp69,19 triliun, rekor tertinggi sepanjang sejarah perusahaan, maka kontribusi Gag Nikel diperkirakan kurang dari Rp6,9 triliun.
Meski kontribusinya belum signifikan secara finansial, Ardianto menegaskan bahwa operasionalisasi PT Gag Nikel tetap berjalan sesuai jalur.
“Secara keseluruhan, kami on the right track. Tidak ada isu berarti. Kami berharap pemerintah bisa menangani dinamika yang ada secara baik,” ujarnya.
PT Gag Nikel, yang beroperasi di wilayah Raja Ampat, Papua Barat Daya, tercatat memiliki kapasitas produksi tahunan sekitar 3 juta metrik ton bijih nikel berdasarkan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB). Namun, manajemen tidak mengungkap secara terperinci volume produksi aktual hingga saat ini.
Ardianto juga menyampaikan Antam tetap berkomitmen terhadap prinsip tata kelola yang baik dan taat regulasi, serta terus mendorong dampak positif bagi masyarakat di sekitar wilayah tambang.
“Kami percaya masyarakat di Raja Ampat membutuhkan kemajuan ekonomi, dan kami siap berkontribusi dalam koridor aturan yang berlaku,” ujarnya.
Terkait dengan adanya wacana pembatasan produksi Gag Nikel oleh Komisi VII DPR yang sempat mencuat, Ardianto enggan menanggapi lebih lanjut. Ia menegaskan Antam akan selalu mengikuti kebijakan pemerintah.
“Kami ini bukan sekadar perusahaan yang mencari profit. Kami mengemban misi pembangunan dari negara,” ujarnya.
Cabut izin pertambangan di Raja Ampat
Sebelumnya, pemerintah memutuskan mencabut Izin Usaha Pertambangan (IUP) empat dari lima perusahaan yang beroperasi di Raja Ampat. Mereka yang dicabut izinnya adalah PT Anugerah Surya Pratama (ASP), PT Mulia Raymond Perkasa (MRP), PT Kawei Sejahtera Mining (KSM), dan PT Nurham.
Namun, yang menjadi pengecualian adalah PT Gag Nikel, sehingga perusahaan ini tetap menjalankan operasinya.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengungkap alasan PT Gag tetap diizinkan beroperasi karena berdasarkan hasil evaluasi pemerintah, perusahaan mematuhi aturan lingkungan hidup dan tata kelola limbah yang baik sesuai analisis mengenai dampak lingkungan hidup (Amdal).
Selain itu, Bahlil mengatakan alasan kontrak karya PT Gag tidak dicabut karena jauh dari kawasan geopark. Meski demikian, Bahlil mengatakan pemerintah tetap akan mengawasi ketat pengoperasiannya.