Soal Merger dengan Pelita Air, Garuda Indonesia: Masih Tahap Penjajakan

- Garuda Indonesia membuka suara terkait kabar merger dengan Pelita Air, masih dalam tahap penjajakan dan koordinasi dengan para pemangku kepentingan.
- Fokus pada penyehatan keuangan melalui perbaikan ekuitas, optimalisasi strategi bisnis, restorasi armada, pemulihan ekosistem usaha, serta peningkatan trafik penumpang.
- Jika ada perkembangan signifikan terkait rencana merger, Garuda akan menyampaikan pembaruan secara resmi kepada publik. Rugi bersih menurun menjadi US$76,48 juta dari US$87,03 juta pada Maret 2024.
Jakarta, FORTUNE - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) buka suara terkait kabar merger dengan maskapai penerbangan anak usaha Pertamina, Pelita Air.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menyatakan konsolidasi BUMN sektor penerbangan tersebut masih dalam tahap awal penjajakan, dan masih terus dilakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan.
"Saat ini perseroan tengah dalam proses diskusi tahap awal bersama pihak-pihak terkait," ujarnya dalam keterbukaan informasi, Senin (15/9).
Setelah tahap awal merger, perusahaan akan melanjutkan dengan kajian komprehensif sebelum mengambil keputusan strategis. Jika terdapat perkembangan signifikan terkait rencana merger, Garuda akan menyampaikan pembaruan secara resmi kepada publik.
Sejalan dengan penjajakan tersebut, maskapai pelat merah itu menyatakan masih tetap fokus pada penyehatan keuangan melalui perbaikan ekuitas, optimalisasi strategi bisnis, restorasi armada, pemulihan ekosistem usaha, serta peningkatan trafik penumpang.
Sebelumnya diberitakan IDN Times, Menteri Perhubungan (Menhub), Dudy Purwagandhi telah merespons kabar merger Garuda Indonesia dan Pelita Air. Dudy menilai, merger antarperusahaan bisa saja dilakukan selama menghasilkan manfaat bagi kedua pihak.
Namun, ia mengingatkan agar penggabungan tersebut tidak menimbulkan masalah baru, misalnya risiko pemutusan hubungan kerja (PHK). Menurutnya, kondisi Pelita Air yang sehat justru berpotensi membantu memperkuat Garuda Indonesia.
Diketahui, Garuda Indonesia masih mencatatkan kerugian. Berdasarkan laporan keuangan perusahan per Maret 2025, rugi bersih yang dapat diatrubusikan ke pemilik entitas induk GIAA menembus US$76,48 juta. Meski demikian nilai ini turun dari rugi yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk pada Maret 2024 yang mencapai US$87,03 juta.
Penurunan rug bersih tesebut disebabkan oleh kenaikan pendapatan usaha menjadi US$723,56 juta, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$711,98 juta.
Namun beban usaha tercatat naik menjadi USD718,35 juta dari beban usaha US$702,92 juta dari periode yang ama tahun sebelumnya US$109,82 juta.