Strategi Artotel hingga JHL Collection Kembangkan Bisnis Hotel

Jakarta, FORTUNE - Tren revenge traveling pascapandemi menggairahkan industri perhotelan, mendorong munculnya hotel-hotel baru di kota-kota besar. Tingkat okupansi meningkat, memberikan keuntungan bagi pemilik dan pengelola properti.
Pergantian pengelola Hotel Atlet Century Park setelah 30 tahun menjadi momen penting. Pada 22 April 2024, Artotel Group mengambil alih manajemen hotel ini setelah memenangkan tender dari Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK), mengubah namanya menjadi ARTOTEL Gelora Senayan. CEO Artotel Group, Erastus Radjimin, menyatakan bahwa rebranding tetap mempertahankan fungsi utama hotel sebagai akomodasi atlet di GBK.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat hunian kamar hotel di Indonesia mencapai 59,74 persen pada Desember 2023 sebelum turun ke 54,69 persen pada Juni 2024. Di Jakarta, lima hotel berbintang dengan total 765 kamar dibuka pada paruh pertama 2024, sementara di Surabaya, satu hotel bintang lima dengan 227 kamar mulai beroperasi.
“Industri perhotelan di Indonesia tengah menikmati masa kejayaan. Okupansi saat ini termasuk yang tertinggi dalam lima tahun terakhir,” ujar Erastus kepada Fortune Indonesia.
Artotel Group kini mengelola 110 properti. Dimulai dari Artotel Surabaya pada 2011, bisnis ini berkembang dengan pembukaan Artotel Thamrin Jakarta (2012) dan Artotel Sanur Bali (2014). Konsep hotel yang menggabungkan akomodasi dengan galeri seni kontemporer menarik banyak pengembang.
Pada 2019, Artotel bermitra dengan Sinar Mas Land membentuk PT Sinar Artotel Indonesia (SAI) untuk mengelola brand Hotel Rooms Inc. Akuisisi 80 persen saham PT Dafam Hotel Management (DHM) pada 2021 dan pengambilalihan PT Milestone Pacific Hotel Group (MPHG) pada 2023 semakin memperluas jangkauan bisnis Artotel.
Sebagai operator, Artotel mendapatkan pendapatan dari operator fee, yaitu persentase dari profit bisnis, sementara pemilik hotel menerima bagian terbesar. Artotel kini memiliki berbagai brand, termasuk Dafam, Maxone, Rooms Inc, dan Golden Tulip. Diversifikasi ini bertujuan menyesuaikan konsep hotel dengan lokasi dan target pasar.
Untuk menjaga kualitas layanan, Artotel memberikan pelatihan ketat kepada staf dan meluncurkan program loyalitas pelanggan, Artotel Wanderlust, guna meningkatkan retensi pelanggan.
Pengembangan portofolio baru
Pemain lain di ranah ini, JHL Collection yang merupakan bagian dari JHL Group, turut mengembangkan portofolio hotelnya. JHL Collection, menawarkan model bisnis yang fokus pada penyediaan layanan konsultasi dalam pembangunan hotel, bantuan teknis, pengadaan, pengembangan sumber daya manusia, hingga pemasaran.
Portofolio JHL Collection tidak hanya berisi deretan hotel yang menjulang megah, tetapi juga jenama-jenama yang dipilih secara cermat agar tetap relevan dalam lanskap pasar. Selain itu, melibatkan mitranya untuk menentukan bagaimana mereka ingin memasarkan dan memposisikan properti mereka.
JHL Collection memperluas portofolio dengan brand Solitaire, Episode, Herloom, dan JSI Resort (luxury resort berkonsep eco-adventure) di Tangerang, Bogor, dan Bali. JHL mengusung konsep pengelolaan yang menguntungkan pemilik hotel, karyawan, dan tamu.
“Properti tersebut tersebar di area Tangerang di Banten, Megamendung di Bogor, dan Bali. Saya melihat para pemilik properti yang kami kelola tidak hanya concern ke uang, tapi mereka juga concern ke kualitasnya,” kata Direktur Eksekutif JHL Collection, Satria Wei kepada Fortune Indonesia.
Sementara itu, PT Hotel Candi Baru, operator Hotel Tentrem yang dimiliki oleh bos Sido Muncul, Irwan Hidayat, bekerja sama dengan PT Praja Karalan Perdana membangun Hotel Tentrem Jakarta dengan investasi sekitar Rp500 miliar. Hotel ini mengusung nuansa tradisional dalam desain dan operasionalnya. “PT Hotel Candi Baru merupakan operator hotel. Sementara PT Praja Karalan Perdana merupakan pemilik Hotel Tentrem Jakarta di Alam Sutera,” kata Irwan.
Direktur PT Praja Karalan Perdana, Karina Pikanto, menyatakan bahwa perkembangan di kawasan Alam Sutera menjadikan lokasi tersebut strategis untuk pembangunan hotel. Tentrem Jakarta juga membawa unsur-unsur tradisional dalam pengoperasiannya. Mulai dari pemilihan bahan bangunan, desain interior, sampai makanan. Tak menutup kemungkinan pihaknya akan membuka hotel di lokasi lainnya.
“Dua Hotel Tentrem di Yogyakarta dan Semarang itu bagus, kami suka dan banyak belajar dari situ. Kami ingin membawa nuansa Indonesia yang kental ke Alam Sutera. Benang merah dari semua Tentrem punya ciri khas brand atau tema sendiri yang heritage,” ujar Karina.
Seiring optimisme pariwisata, JHL Collection akan memperluas ekspansi ke pasar Asia Tenggara dan Timur Tengah. Saat ini perusahaan sudah merambah ke beberapa lokasi strategis seperti Bali, Gili Trawangan, sampai Sihanoukville di Kamboja.
Sementara itu, Artotel Group menargetkan pembukaan 8-10 hotel baru setiap tahun, dengan proyek di Bali, Sumenep, dan Anyer yang sedang berjalan pada 2024. Peluang lain mencakup kawasan strategis seperti KEK Kesehatan Sanur dan Labuan Bajo yang berpotensi dikembangkan sebagai akomodasi outdoor.
Eri menekankan pentingnya infrastruktur dalam operasional hotel, termasuk strategi distribusi, pelatihan, sistem teknologi informasi, manajemen pendapatan, dan operasional harian. Artotel bercita-cita menjadi pemain lokal terkemuka dalam industri perhotelan, dengan fokus pada akuisisi hotel yang memiliki infrastruktur mendukung.
Dengan tren pariwisata yang terus meningkat dan strategi ekspansi yang matang, industri perhotelan Indonesia berada di jalur positif untuk pertumbuhan berkelanjutan.