Unilever Ungkap Tantangan Pasokan Produk Berkelanjutan

- Unilever Indonesia berkomitmen pada produk berkelanjutan di tengah persaingan bisnis yang ketat.
- Kompleksitas rantai pasok dan kesadaran konsumen menjadi tantangan utama dalam mewujudkan misi tersebut.
- Perusahaan menerapkan prinsip less plastic, better plastic, dan no plastic serta zero waste landfill sejak 2015.
Jakarta, FORTUNE - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menegaskan komitmennya untuk menghadirkan produk yang lebih berkelanjutan di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat.
Namun, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi, mengakui bahwa mewujudkan misi tersebut tidaklah mudah.
“Tantangannya cukup besar tetapi kami tetap berupaya menyajikan produk yang lebih berkelanjutan di tengah persaingan yang ketat,” kata Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi, dalam keterangannya, Selasa (16/9).
Maya menjelaskan, kompleksitas rantai pasok menjadi tantangan utama, mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, distribusi hingga pengelolaan limbah. Untuk mengatasinya, Unilever mendorong para mitra agar menerapkan praktik yang bertanggung jawab di sepanjang value chain.
Dari sisi konsumen, tingkat kesadaran dalam mengelola sampah plastik juga masih menjadi pekerjaan rumah besar. Karena itu, Unilever aktif mengajak masyarakat untuk terlibat dalam pengumpulan dan daur ulang plastik melalui lebih dari 4.000 bank sampah yang dibina perusahaan. Upaya ini tidak hanya memperluas titik pengumpulan, tetapi juga mendorong penerapan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam kehidupan sehari-hari.
Unilever Indonesia menerapkan tiga prinsip dalam mengelola penggunaan plastik: less plastic, better plastic, dan no plastic. Perusahaan berusaha meminimalisir penggunaan plastik baru, memperbanyak pemakaian plastik daur ulang (post-consumer recycled/PCR), serta mengembangkan sistem isi ulang di lebih dari 1.000 titik Jabodetabek dan Surabaya.
“Kami mengedepankan prinsip less plastic, better plastic, dan no plastic. Artinya, selain meminimalisir jumlah penggunaan plastik dalam kemasan, kami juga memilih plastik yang mudah didaur ulang dan mengembangkan sistem pengisian ulang di beberapa daerah,” kata Maya.
Implementasi zero waste landfill
Sejak 2015, Unilever Indonesia juga sudah mengimplementasikan zero waste landfill, memastikan tidak ada limbah operasional yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Secara global, pada 2024 perusahaan meluncurkan empat pilar keberlanjutan, yaitu iklim untuk mencapai Net Zero Emission (NZE).
Kemudian, alam untuk mendukung ekosistem alam melalui penerapan pertanian regeneratif. Selanjutnya, plastik yang bertujuan mengakhiri limbah plastik. Terakhir, mata Pencaharian yang menargetkan terwujudnya mata pencaharian dan standar upah (living wage) yang layak bagi seluruh pihak dalam rantai nilai (value chain) Unilever.
“Bisnis sangat penting, tidak boleh ditinggalkan. Karena jika bisnis bertumbuh dengan konsisten dan kompetitif, kita juga akan memiliki keleluasaan lebih besar dalam menerapkan komitmen dan misi-misi keberlanjutan,” kata Maya.
Upaya konsisten Unilever Indonesia mendapatkan apresiasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI pada 2024. Perusahaan masuk dalam jajaran 20 FMCG dan ritel yang dinilai konsisten menjalankan Peta Jalan Pengurangan Sampah melalui program pengumpulan, pengurangan, hingga pengelolaan plastik.
“Fokusnya adalah bagaimana kita bisa hidup harmonis, yakni sampah hasil aktivitas kehidupan kita yang tidak terpakai lagi harus bisa dikelola dengan baik. Ini butuh kolaborasi semua pihak demi mewujudkan Indonesia bersih sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi,” tutur Maya.