Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Uniqlo Bakal Naikkan Harga Imbas Kebijakan Tarif Trump

Eksplorasi Sport Utility Wear, Gaya Praktis untuk Kamu yang Aktif (3).jpg
Dok. Uniqlo
Intinya sih...
  • Uniqlo berencana naikkan harga produk di AS akibat tarif Trump
  • Tarif baru AS diperkirakan akan memukul operasional Uniqlo, terutama pada musim gugur dan musim dingin mendatang.
  • Perusahaan akan mengalami kesulitan menanggung biaya dan berfokus pada penciptaan bisnis berkelanjutan yang menghasilkan keuntungan secara aman.

Jakarta, FORTUNE - Raksasa ritel fesyen asal Jepang, Fast Retailing Co Ltd, yang merupakan induk usaha Uniqlo, menyatakan akan menaikkan harga produk di pasar Amerika Serikat. Langkah ini ditempuh sebagai respons kebijakan tarif baru yang diumumkan Presiden AS Donald Trump, yang diperkirakan berdampak signifikan terhadap bisnis perusahaan pada akhir tahun ini.

Direktur Keuangan Fast Retailing, Takeshi Okazaki, mengatakan kebijakan tarif AS yang lebih tinggi tidak terhidnarkan, dan diprediksi akan memukul operasional Uniqlo, khususnya pada musim gugur dan musim dingin mendatang.

“Kami akan terdampak secara signifikan dari musim gugur dan musim dingin,” kata Okazaki dalam konferensi pendapatan kuartalan seperti dikutip dari laporan The Economic Times, Kamis (10/7).

Dengan kondisi tersebut, Okazaki menyebut, perseroan akan mengalami kesulitan menanggung biaya. “Pendekatan kami adalah menaikkan harga jika memungkinkan, dan pada akhirnya berfokus pada penciptaan bisnis berkelanjutan yang menghasilkan keuntungan secara aman,” ujarnya.

Langkah Uniqlo ini muncul di tengah kekhawatiran terhadap potensi lonjakan inflasi dan perlambatan ekonomi global, yang dipicu oleh ketidakpastian kebijakan tarif Trump. Presiden Trump menetapkan batas waktu baru mulai 1 Agustus untuk penerapan tarif  resiprokal terhadap hampir semua mitra dagang AS.

Dalam surat yang dikirim Trump kepada pemerintah Sri Lanka, negara yang dikenal sebagai salah satu eksportir pakaian utama ke AS, tarif sebesar 30 persen akan diberlakukan mulai 1 Agustus. Sementara itu, Vietnam dikenai tarif lebih rendah, yaitu 20 persen, namun pengiriman ulang dari negara ketiga melalui Vietnam akan dikenai tarif lebih tinggi, yakni 40 persen.

Sebagian besar produk Uniqlo yang dijual di AS diproduksi di Asia Tenggara dan Asia Selatan, termasuk dari negara-negara yang kini menghadapi tekanan tarif tersebut.

Upaya mitigasi Fast Retailing

Meskipun demikian, untuk tahun fiskal yang berakhir Agustus 2025, Uniqlo memperkirakan dampaknya masih terbatas karena mereka telah melakukan pengiriman awal dalam jumlah besar ke pasar AS.

“Dampak pada tahun fiskal 2025 kemungkinan akan terbatas, berapa pun tarifnya,” demikian pernyataan resmi perusahaan dalam laporan laba rugi.

Di tengah upaya mitigasi dampak tarif, performa keuangan Fast Retailing menunjukkan tekanan. Laba operasional perusahaan pada kuartal yang berakhir 31 Mei hanya tumbuh tipis sebesar 1,4 persen menjadi 146,7 miliar yen (sekitar US$1 miliar), lebih rendah dari proyeksi analis sebesar 153,8 miliar yen berdasarkan jajak pendapat LSEG terhadap lima analis.

Uniqlo, yang memulai ekspansinya dari satu toko kecil di Hiroshima 40 tahun lalu, kini memiliki lebih dari 2.500 gerai di seluruh dunia. Merek ini dikenal dengan produk andalan seperti jaket bulu domba dan kemeja katun yang mayoritas diproduksi di Cina dan pusat manufaktur lainnya di Asia.

Namun, strategi global Uniqlo kini terguncang. Di satu sisi, tarif Trump menekan biaya operasional dan margin keuntungan. Di sisi lain, penurunan penjualan di pasar Cina akibat lemahnya daya beli konsumen di negara ekonomi terbesar kedua di dunia juga menambah tantangan bagi Fast Retailing.

Perusahaan bahkan memperkirakan penjualan dan laba yang lebih lemah pada kuartal keempat untuk pasar Cina karena permintaan pakaian yang lesu. Fast Retailing mulai mengarahkan fokus pertumbuhan ke wilayah Amerika Utara dan Eropa, mengingat perlambatan ekonomi di Cina. Saat ini, Uniqlo memiliki lebih dari 900 toko di daratan Cina, menjadikannya pasar konsumen luar negeri terbesar bagi perusahaan.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us