Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Apa itu Capital Rationing? Pengertian, Tujuan, dan Contohnya

ilustrasi capital rationing (unsplash.com/Tima Miroshnichenko)

Penting untuk mengetahui apa itu capital rationing, terutama bagi Anda yang bekerja di bidang keuangan sebuah perusahaan maupun bisnis. Ada kalanya situasi capital rationing dialami perusahaan.

Untuk membantu Anda memahaminya, simak artikel berikut ini!

Apa itu capital rationing?

ilustrasi capital rationing (pexels.com/Karolina Grabowska)

Capital rationing adalah sebuah situasi saat perusahaan mengalami keterbatasan dana untuk membiayai investasi yang diajukan. Hal ini bisa terjadi karena daftar investasi memiliki return yang berbeda-beda.

Keterbatasan modal inilah yang membuat perusahaan harus membatasi jumlah investasi atau proyek yang akan dilakukan.

Sederhananya, capital rationing merupakan pendekatan manajemen investasi untuk mengalokasikan dana ke sejumlah investasi yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi. Perusahaan akan menimbang dari jumlah Net Present Value (NPV) tertinggi.

Ada berbagai cara yang bisa dilakukan oleh perusahaan, yakni menetapkan biaya anggaran atau menganggarkan biaya modal dengan jumlah yang tinggi demi investasi.

Tujuan capital rationing

ilustrasi capital rationing (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Berikut ini beberapa tujuan capital rationing dilakukan, di antaranya:

  • Memastikan pengalokasian dana dilakukan secara tepat.
  • Menjaga perusahaan agar tidak berinvestasi aset secara berlebihan.
  • Memastikan perusahaan tidak kekurangan uang tunai.
  • Memilih investasi atau proyek yang akan menghasilkan NPV tertinggi, sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan dana lebih besar dari yang dianggarkan.

Metode capital rationing

ilustrasi capital rationing (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Terdapat dua metode capital rationing yang bisa Anda gunakan, yakni:

1. Soft capital rationing

Soft capital rationing dilakukan karena kebijakan internal perusahaan. Contoh, perusahaan terkonsevatif secara fiskal dan membutuhkan pengembalian modal dalam jumlah yang tinggi.

Hal ini memaksa perusahaan melakukan rationing (penjatahan) menggunakan modalnya sendiri.

2. Hard capital rationing

Hard capital rationing terjadi ketika perusahaan membutuhkan mengalami kendala saat mengumpulkan dana tambahan, baik itu utang maupun ekuitas.

Metode ini muncul karena kebutuhan eksternal dan memaksa perusahaan untuk mengalokasikan dana, mengurangi pengeluarangan, sehingga membuat modal investasi menjadi berkurang.

Contoh capital rationing

ilustrasi capital rationing (pexels.com/Karolina Grabowska)

Sebuah perusahaan memiliki empat pilihan proyek investasi dengan total dana yang dibutuhkan Rp200 juta. Keempatnya sama-sama memberikan NPV positif untuk perusahaan.

Sementara itu, perusahaan hanya memiliki dana investasi sebesar Rp80 juta. Meski mengalami kendala, perusahaan harus memaksimalkan dana yang tersedia. Perusahaan harus mengkaji ulang dan memilih proyek yang mendatangkan profit lebih besar di masa depan.

Cara menghadapi capital rationing

ilustrasi uang tunai (pexels.com/Karolina Grabowska)

Capital rationing terjadi karena perusahaan tidak memiliki modal untuk melakukan investasi. Padahal, ada banyak opsi investasi yang cukup menjanjikan di masa depan.

Berikut beberapa cara menghadapi capital rationing, di antaranya:

1. Memperhitungkan pilihan investasi

Perusahaan sebaiknya mengkaji opsi investasi yang datang. Pilihlah investasi yang menghasilkan nilai profit maksimum. Anda bisa menggunakan pendekatan IRR, NPV, maupun kombinasi dari keduanya.

2. Melakukan perangkingan investasi

Langkah selanjutnya adalah melakukan perangkingan investasi. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan, yakni utang pemerintah, social opportunity cost rate, dan social time preference rate.

Itulah tadi artikel mengenai apa itu capital rationing. Semoga informasi di atas bisa bermanfaat untuk Anda.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Surti Risanti
Nadia Agatha Pramesthi
3+
Surti Risanti
EditorSurti Risanti
Follow Us