FINANCE

4 Tantangan dan Respons Bank Indonesia dalam Pemulihan Ekonomi

BI teruskan implementasi bauran kebijakan.

4 Tantangan dan Respons Bank Indonesia dalam Pemulihan EkonomiGubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Shutterstock/Triawanda Tirta Aditya
by
02 September 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan Indonesia harus bisa bertahan dan hidup berdampingan dengan pandemi Covid-19. Dia pun menyampaikan ada empat tantangan yang dihadapi bank sentral saat masa pagebluk guna memulihkan ekonomi Tanah Air.

“Pertama resiliensi, apa dan bagaimana upaya mempercepat pemulihan ekonomi dan mendorong perekonomian menjadi lebih kuat dan resilien,” kata dia saat Konferensi Internasional Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan ke-15 secara daring, Kamis (9/2).

Kedua, digitalisasi. Perry mengatakan, akselerasi ekonomi dan keuangan digital nasional akan menjadi pengubah keadaan (game-changer) selama pandemi. Pasalnya, dengan terbatasnya aktivitas fisik, transaksi ekonomi pun terpaksa dilakukan secara daring.

Tantangan ketiga terkait inklusi. Perry mengatakan bahwa inklusi perlu untuk dilakukan untuk mendorong dan membantu pemulihan ekonomi dampak pandemi. Tantangan keempat, soal keuangan dan ekonomi yang berkelanjutan atau green economic. Tekanan untuk ramah lingkungan yang semakin tinggi perlu direspons melalui kebijakan reformasi struktural maupun digitalisasi.

“Saya sadar, ketika melihat langit berwarna biru. Pesan dari pandemi adalah kita perlu menghijaukan keuangan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan untuk kita, properti, inklusi dan untuk masa depan,” tuturnya.

1. Respons Bank Sentral terhadap tantangan pemulihan ekonomi

Lebih lanjut, Perry menyampaikan respons bank sentral terhadap masing-masing tantangan tersebut. Pertama, implementasi bauran kebijakan (Central Bank Policy mix) akan terus berlanjut, tidak hanya terkait kebijakan suku bunga , tetapi juga untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Kedua, BI terus mendorong digitalisasi ekonomi dan keuangan dengan terus mendukung akselerasi digital banking, fintech, ecommerce, dan industri sistem pembayaran.  Ketiga, berkoordinasi dengan Pemerintah dalam memperkuat pemulihan ekonomi, antara lain mendukung dan mempromosikan UMKM. Untuk mendukung hal tersebut, BI tidak hanya melakukan pengembangan UMKM tapi juga program onboarding untuk mendukung UMKM Go Digital.

Keempat, green economy and finance, melalui dukungan kebijakan makroprudensial yang ramah terhadap lingkungan, antara lain kebijakan pembiayaan berwawasan lingkungan (green financing). “BI juga terus menguatkan koordinasi dengan pemerintah agar ekonomi berdaya tahan, tidak hanya untuk stabilisasi namun juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," tutur Perry.

2. Vaksinasi Covid-19 percepat pemulihan ekonomi

Selain itu, Perry menuturkan negara-negara yang melakukan vaksinasi dengan cepat serta ditopang oleh stimulus fiskal maupun moneter terbukti mampu keluar dari tekanan ekonomi dan mengalami pertumbuhan yang lebih baik.

"Setelah Tiongkok sekarang AS sebagai salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat. Tahun ini kami melihat pertumbuhan ekonomi AS sebesar 6,8 persen dan tahun depan 3,5 persen. Tiongkok 8,4 persen (tahun ini), 5,5 persen tahun depan," kata Perry.

Sementara negara-negara berkembang, menurut Perry tidak bisa secepat negara maju karena tingkat vaksinasi serta pemberian stimulusnya tidak sebesar negara maju. Sehingga efek pada pemulihan ekonominya pun berjalan lambat.

 

Related Topics