FINANCE

BTN Bukukan Laba Rp3,5 Triliun pada 2023, Naik 15 Persen dari 2022

Kinerja BTN Syariah apik dengan laba Rp702,3 miliar.

BTN Bukukan Laba Rp3,5 Triliun pada 2023, Naik 15 Persen dari 2022BTN Syariah/dok. BTN
12 February 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) pada 2023 membukukan laba bersih Rp3,5 triliun, yang artinya mengalami pertumbuhan 15 persen dibandingkan dengan 2022 yang mencapai Rp3,04 triliun.

Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, mengatakan transformasi bisnis perusahaan secara menyeluruh telah berdampak positif pada berbagai lini kinerja keuangan baik dari sisi laba, penyaluran kredit, perolehan total dana pihak ketiga (DPK) khususnya dana murah maupun kenaikan aset. 

“Kinerja gemilang perseroan tahun 2023 merupakan momentum untuk terus menggenjot pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan pada tahun ini. Kami optimistis dengan berbagai strategi bisnis yang kami lakukan, kinerja keuangan tahun 2024 akan semakin positif,” ujar Nixon pada Paparan Kinerja Keuangan BTN Tahun Buku 2023 di Jakarta, Senin (12/2).

Kenaikan laba bersih tahun lalu ditopang oleh tumbuhnya penyaluran kredit dan pembiayaan serta peningkatan fee-based income.

Sepanjang tahun lalu BTN berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan hingga Rp333,69 triliun atau naik 11,9 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp298,28 triliun. 

Pertumbuhan pada sisi kredit dan pembiayaan ini melampaui pencapaian kredit yang disalurkan industri perbankan nasional sebesar 10,38 persen pada 2023.

Secara terperinci, pertumbuhan kredit BTN pada 2023 masih didominasi oleh kredit ke sektor perumahan.

Penyaluran KPR Subsidi pada 2023 mengalami kenaikan 10,9 persen menjadi Rp161,74 triliun dari perolehan tahun lalu yang sebesar Rp145,86 triliun.

Sementara, KPR nonsubsidi mengalami pertumbuhan 9,5 persen dari Rp87,82 triliun pada 2022 menjadi Rp96,17 triliun pada 2023.

“Kami terus memacu penyaluran kredit dengan prinsip kehati-hatian. Hal ini membuat rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tetap terjaga dengan baik,” katanya.

Dengan transformasi yang dilakukan, perseroan pada 2023 berhasil menurunkan NPL gross menjadi 3 persen atau turun signifikan dari 2022 yang sebesar 3,4 persen. Ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan 2019, yang masih bertengger pada level 4.8 persen.

CASA menebal

BTN berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp349,93 triliun, meningkat 8,7 persen dibandingkan dengan 2022 yang mencapai Rp321,93 triliun.

Dari jumlah tersebut, kontribusi dana murah atau Current Account Savings Account (CASA) mencapai Rp188 triliun atau naik 20,4 persen dibandingkan dengan 2022 yang sebesar Rp156 triliun. Dengan kenaikan tersebut, komposisi dana murah BTN mencapai 53,7 persen terhadap total DPK. 

Kenaikan signifikan dana murah berupa giro dan tabungan di BTN terlihat dalam lima tahun terakhir.

Pada 2019, porsi dana murah BTN berada pada level 43,4 persen, dan perlahan menanjak menuju 48,5 persen pada 2022. 

“Transformasi menjadi bank tabungan yang kami gagas sejak tahun 2019 telah membuahkan hasil pada tahun 2023 ini. Porsi dana murah yang mencapai hampir 54 persen merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah BTN,” katanya.

Kenaikan dana murah ini, hemat Nixon, turut ditopang oleh transformasi digital banking yang dilakukan BTN, terutama pada aplikasi BTN Mobile.

Hingga akhir 2023, jumlah pengguna BTN Mobile mencapai 2,7 juta, dengan total transaksi mencapai 235 juta. Perseroan mampu menggaet lebih banyak pengguna BTN Mobile seiring dengan penambahan fitur-fitur baru yang memungkinkan pengguna melakukan lebih banyak transaksi.

Melesatnya transaksi pada BTN Mobile turut mendongkrak pertumbuhan pendapatan berbasis biaya (fee-based income) perseroan, yang naik 60,1 persen menjadi Rp3,2 triliun pada 2023. 

“BTN ingin terus menciptakan rantai nilai berkelanjutan dalam ekosistem digital, terutama pada core bisnis di bidang KPR. Kami akan terus menambah mitra dan layanan dalam BTN Mobile untuk memudahkan calon nasabah dan nasabah existing kami bertransaksi untuk kebutuhan mereka sehari-hari, termasuk terkait aset rumah mereka,” ujar Nixon.

Secara keseluruhan, dengan total penyaluran kredit serta perolehan DPK yang tumbuh signifikan, BTN mampu membukukan total aset sebesar Rp439 triliun sepanjang 2023, meningkat 9,1 persen dibandingkan dengan 2022 yang sebesar Rp402 triliun.  

"Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pertumbuhan sesuai dengan visi kami untuk menjadi The Best Mortgage Bank in Southeast Asia pada 2025. Sejalan dengan visi tersebut, BTN yang telah mencapai usia 74 tahun ingin terus meningkatkan kontribusi nyata untuk mengurangi backlog perumahan di Indonesia yang saat ini masih mencapai 12,7 juta,” ujar Nixon.

Kinerja BTN Syariah

Kinerja apik juga ditorehkan oleh Unit Usaha Syariah (UUS) BTN atau BTN Syariah sepanjang 2023.

BTN Syariah berhasil membukukan laba bersih Rp702,3 miliar pada 2023, melesat 110,5 persen dibandingkan perolehan laba bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp333,6 miliar.

Kenaikan laba bersih ini ditopang oleh meningkatnya penyaluran pembiayaan BTN Syariah sebesar 17,4 persen menjadi Rp37,1 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp31,6 triliun.

Peningkatan signifikan juga terjadi pada DPK BTN syariah yang tumbuh pesat 20,7 persen menjadi Rp41,8 triliun pada 2023.

Dari sisi penyaluran pembiayaan dan perolehan DPK tersebut, posisi aset BTN syariah mengalami lonjakan 19,79 persen menjadi Rp54,3 triliun pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp45,3 triliun.

“Kenaikan aset BTN Syariah yang sudah lebih dari Rp50 triliun ini, membuat perseroan memiliki kewajiban untuk melakukan spin off BTN Syariah dan mendirikan BUS yang akan dilaksanakan tahun ini,” ujarnya.

Related Topics