Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kisah Parwati Surjaudaja Berbenah Usai Melebur OCBC-Commbank

Parwati Surjaudaja Presiden Direktur PT OCBC NISP Tbk di Fortune Indonesia Summit 2022, Kamis (19/5).
Intinya sih...
  • OCBC menyelesaikan akuisisi Commonwealth Bank Indonesia setelah 10 bulan
  • Commonwealth Bank Indonesia menderita kerugian besar dan rasio BOPO yang tidak efisien
  • Setelah merger, OCBC melakukan penyesuaian jumlah karyawan dan integrasi infrastruktur

Jakarta, FORTUNE - Hanya butuh waktu 10 bulan bagi OCBC untuk menyelesaikan proses akuisisi Commonwealth Bank Indonesia. Kini, manajemen masih disibukkan oleh sejumlah tugas rumah seperti integrasi infrastruktur, penyesuaian aset, hingga pelayanan nasabah.

Lahir dari keluarga bankir, yang kemudian menekuni bisnis perbankan sejak 1990, Parwati Surjaudaja terbiasa mencermati dinamika industri. Ia ingat betul pada masa awal kepemimpinannya di OCBC (dulu bernama NISP) pada 2008, ada satu bank asing yang menarik perhatiannya.

Adalah PT Bank Commonwealth yang dianggapnya unggul dalam bisnis wealth management. Sebab, saat sejumlah bank nasional masih ‘nyaman’ menawarkan produk deposito, Commonwealth Bank Indonesia (Commbank) sudah berani menghadirkan produk reksa dana ritel dengan penempatan dana mulai dari Rp500.000.

Apalagi, Commbank merupakan bank pertama di Indonesia yang mendapatkan izin sebagai agen penjual efek reksa dana dari Bapepam-LK (sekarang OJK) sejak 2007. “Mereka (Commbank) keunggulannya segmen manajemen investasi, kemudian service mereka juga bagus,” kata Parwati saat berbincang dengan Fortune Indonesia beberapa waktu lalu. 

Dan, ketika kami memuji betapa hebatnya Commbank dalam urusan reksa dana, Parwati berkata kepada dua karyawannya yang hadir dalam sesi wawancara tersebut. “Coba kamu dengar itu.”

Arahan akuisisi dari OCBC Singapura

Presiden Direktur OCBC pada peluncuran logo baru/Dok OCBC

Selang 15 tahun, saat datang arahan dari sang induk OCBC di Singapura untuk menjajaki akuisisi Commbank, putri Karmaka Surjaudaja ini pun mendukungnya. Meski, kondisi Commbank di Indonesia terbilang berdarah-darah. PT Bank Commonwealth masih menderita kerugian Rp788,68 miliar pada 2023. Kerugian itu melonjak 124,84 persen secara tahunan (YoY) dari Rp350,77 miliar pada 2022. Begitu pula total aset Commonwealth Indonesia menurun 12,86 persen dari Rp18,39 triliun pada 2022 menjadi Rp16,03 triliun pada 2023.

Commonwealth Indonesia juga mencatat rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) naik ke level 154,17 persen pada Desember 2023, dari angka 122,93 persen per Desember 2022. Jumlah ini sudah masuk kategori tidak efisien, mengingat Bank Indonesia (BI) menetapkan batas maksimum rasio BOPO perbankan di angka 85 persen.

Maka, saat induk Commonwealth Bank di Australia mengumumkan rencana pelepasan asetnya di Indonesia, grup keuangan asal Malaysia CIMB hingga J Trust Bank asal Jepang pun menyatakan minat. Namun, OCBC memenangkan persaingan. Dengan merogoh kocek sekitar Rp2,22 triliun, OCBC mulai menawar 99 persen saham dari PTBC pada 16 November 2023 melalui penandatanganan Sale and Purchase Agreement (SPA) dengan Commonwealth Bank of Australia (CBA).

Kala itu, Direktur OCBC Indonesia, The Ka Jit, menjadi salah satu delegasi yang menangani proses jual-beli Commbank. Ia bersyukur proses akuisisi ini berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan berarti dari regulator hingga pemegang saham pengendali. Terlebih, Commbank sudah berbentuk PT di Indonesia sehingga timnya tak perlu bolak-balik ke Australia untuk bernegosiasi. 

“Proses akuisisi tersebut kami selesaikan seluruhnya pada 1 Mei 2024, dan dengan demikian 100 persen saham PTBC telah dimiliki oleh OCBC,” kata Ka Jit (22/10).

Pasca merger, aset OCBC sentuh Rp281 triliun di 2024

Ilustrasi OCBC Tower/Dok OCBC

Setelah proses akuisisi selesai, pihak OCBC memutuskan untuk melakukan merger karena dinilai lebih efisien daripada membentuk unit usaha baru. Untuk itu, manajemen langsung mengumumkan ringkasan rancangan penggabungan kepada seluruh karyawan OCBC maupun Commbank pada 11 Juni 2024.

Di antara rancangan yang diumumkan, Commbank akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada seluruh karyawan (1.146 orang) di Indonesia yang berlaku efektif sejak tanggal merger.  Di sisi lain, sebagai bank yang mengakuisisi, OCBC pun membuka penawaran kerja baru untuk karyawan eks-Commbank. Namun, ketentuan hubungan kerja bersifat baru dan tak menghitung masa kerja sebelumnya.Sebagian karyawan pun memutuskan hengkang. 

Berselang empat bulan, hingga kini manajemen masih dalam proses penyesuaian jumlah karyawan. “Penyelarasan dilakukan antara sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki dengan sistem teknologi untuk mendukung pencapaian target bisnis, serta memperkuat branding,” kata Ka Jit. 

Kemudian, pada 2 Agustus 2024 OCBC bergegas menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dan mendapat restu oleh para pemegang saham untuk aksi penggabungan usaha (merger). 

Selanjutnya, manajemen pun mengurus persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Per 1 September 2024 lalu, kedua bank sudah menjadi satu di bawah entitas PT Bank OCBC NISP Tbk dan eks nasabah PT Bank Commonwealth secara otomatis beralih menjadi nasabah OCBC,” kata Ka Jit.

Lampu hijau regulator telah didapat, OCBC pun berbenah menata infrastruktur dengan mengintegrasikan penambahan aset dari Commbank. Mulai dari kantor cabang, infrastruktur digital, hingga penyelarasan data nasabah. Ka Jit menyebut, tak semua kantor cabang dari Commbank bakal diaktifkan menjadi kantor OCBC.

Manajemen tengah melakukan riset mendalam terkait efisiensi pemanfaatan aset, apalagi saat ini tren digital banking bisa diandalkan untuk mendukung operasional dengan tetap mempertahankan efisiensi. Jarak antara cabang Commbank, OCBC, dan lokasi nasabah harus menjadi pertimbangan.

“Kantor-kantor tersebut kemudian disesuaikan dan di-rebranding untuk dapat dioperasikan sebagai kantor cabang pembantu OCBC dan mulai beroperasi pada 2 September 2024,” kata Ka Jit.

Dari data terakhir sebelum merger, OCBC memiliki 200 kantor cabang dan Commbank memiliki 24 kantor cabang. Namun pasca merger, baru 7 kantor cabang Commbank yang telah bertransformasi menjadi cabang OCBC hingga akhir September 2024. “Transisi berjalan dengan lancar sehingga nasabah dapat memanfaatkan jaringan OCBC yang luas meliputi 207 cabang OCBC yang tersebar di 54 kota di Indonesia,” katanya.

Ka Jit mengungkapkan, sebelum penggabungan, pangsa pasar aset OCBC terhadap total aset bank umum per April 2024 adalah sebesar 2,1 persen. Namun, setelah penggabungan total aset konsolidasi, pangsa pasar OCBC naik menjadi 2,2 persen per 1 Mei 2024. Meski terbilang kecil, namun angka itu dianggapnya berarti untuk persaingan bisnis bank. Dengan demikian, hingga Desember 2024 saja, nilai aset dari OCBC telah mencapai Rp281 triliun atau berada di posisi 8 sebagai bank dengan aset terbesar di Indonesia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us