FINANCE

Negara Anggota G20 dengan Inflasi Tertinggi, Ini Daftarnya

Turki menjadi negara G20 dengan inflasi tertinggi.

Negara Anggota G20 dengan Inflasi Tertinggi, Ini Daftarnyailustrasi inflasi (pexels.com/pixabay)

by Luky Maulana Firmansyah

10 November 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Banyak negara dunia tengah menghadapi inflasi tinggi. Tidak terkecuali negara-negara yang bergabung dalam Group of Twenty atau G20. Sejumlah negara anggota dalam forum internasional itu membukukan kenaikan indeks harga konsumen karena sejumlah faktor.

G20 merupakan forum dengan 20 negara anggota, di antaranya Indonesia, Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris. Negara-negara dalam kelompok ini menyumbang 80 persen terhadap perekonomian dunia.

Laman Investment Monitor menyebutkan inflasi global tahun ini diramalkan akan menyentuh 8,8 persen. Namun, beberapa negara disinyalir membukukan kenaikan harga lebih signifikan.

Inflasi kali ini disebabkan oleh sejumlah faktor negatif. Salah satunya, invasi Rusia ke Ukraina yang mengakibatkan kenaikan harga makanan dan bahan bakar. Bisa terjadi begitu karena Rusia merupakan pengekspor minyak dan gas (migas). Sedangkan, baik Rusia maupun Ukraina adalah produsen komoditas strategis seperti gandum dan besi.

Di sisi lain, kebijakan pemerintah Cina yang menerapkan karantina wilayah juga ikut berkontribusi terhadap lonjakan inflas dan penurunan tingkat produksi, yang akhirnya berdampak pada kenaikan harga. Belum lagi masalah kemelut rantai pasok dunia.

Berikut daftar negara anggota G20 dengan inflasi tertinggi per Agustus 2022, seperti dilansir dari Investment Monitor.

  1. Turki                            : 80,2 persen
  2. Argentina                    : 78,5 persen
  3. Rusia                           : 14,3 persen
  4. Spanyol                       : 10,5 persen
  5. Inggris                         : 9,9 persen
  6. Brasil                           : 8,7 persen
  7. Meksiko                      : 8,7 persen
  8. Italia                            : 8,4 persen
  9. Amerika Serikat          : 8,3 persen
  10. Jerman                        : 7,9 persen

Turki tinggi, tapi kebijakannya kontraproduktif

inflasiilustrasi inflasi (unsplash.com/Markus Spiske)

Turki jelas anggota G20 dengan inflasi tertinggi. Di negara tersebut, harga-harga naik tinggi pada sejumlah sektor penting seperti transportasi, pangan, dan perumahan. 

Pada saat bersamaan, nilai mata uangnya, Lira, mengalami depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat. Saat ini, satu Lira hanya bernilai US$0,054, atau turun sekitar setengah dari US$0,10 pada periode sama tahun sebelumnya.

Masalahnya, pemerintah Turki malah menempuh kebijakan yang kontra produktif terhadap inflasi. Alih-alih menaikkan suku bunga, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, malah melakukan pemangkasan.

Padahal, dalam teori ekonomi, jika terjadi inflasi tinggi otoritas moneter suatu negara mesti meresponsnya dengan meningkatkan suku bunga. Itu adalah satu mekanisme untuk mengerem hasrat konsumsi. Dengan demikian, tingkat permintaan berpotensi melandai, dan harga barang dan jasa menjadi turun.

Kondisi di Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan indeks harga konsumen (IHK) tercatat 5,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Oktober 2022. Kepala BPS, Margo Yuwono, mengatakan inflasi tahunan tersebut lebih rendah ketimbang September yang mencapai 5,95 persen.

Menurut Margo, kondisi itu disebabkan inflasi komponen harga bergejolak--dengan andil 1,18 persen--yang mulai turun dari 9,02 persen pada September menjadi 7,19 persen bulan lalu. Inflasi harga diatur pemerintah yang memiliki andil 2,5 persen juga mulai melandai pada 13,28 persen, sama seperti September ketika pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM.

Meski demikian, inflasi inti yang andilnya mencapai 2,18 persen masih bergerak naik dari 3,21 persen menjadi 3,31 persen.

"Terlihat bahwa harga bergejolak mengalami penurunan dari bulan-bulan sebelumnya. Ini yang meredam inflasi tahunan kita," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (1/11).

Tekanan inflasi pada harga bergejolak disebabkan oleh penurunan harga beberapa komoditas pangan antara lain cabai merah (0,17 persen), telur ayam ras (0,16 persen), daging ayam (0,02 persen) dan cabai rawit (0,07 persen). "Kalau kita bandingkan bulan lalu, ini sudah mulai melemah secara tahunan," tuturnya.

Kemudian, untuk inflasi yang berasal dari komponen harga diatur pemerintah, tekanan harga terjadi pada komoditas bensin (1,16 persen), tarif angkutan udara (0,35 persen), bahan bakar rumah tangga (0,30 persen), dan tarif angkutan dalam kota (0,11 persen).