Permata Bank Ungkap Strategi Jaga Likuiditas Valas Hadapi Tarif Trump

- Permata Bank mengungkap strategi menjaga likuiditas valas dalam menghadapi tarif Trump.
- Rasio loan to deposit (LDR) bank kurang dari 83 persen dan liquidity coverage ratio (LCR) tercatat sangat sehat pada 424 persen.
- Permata Bank memperkuat struktur permodalan dengan rasio kecukupan modal (CAR) 35,4 persen dan rasio Common Equity Tier-1 (CET-1) pada 27 persen.
Jakarta, FORTUNE - Permata Bank menegaskan kesiapannya dalam menyikapi potensi dampak rambatan dari kebijakan tarif impor Amerika Serikat. Di tengah kekhawatiran akan tekanan pada likuiditas valuta asing (valas) perbankan nasional akibat potensi pelemahan nilai tukar rupiah, bank ini mengandalkan fundamental internal yang solid.
Direktur Utama Permata Bank, Meliza M. Rusli, menyatakan pihaknya tengah melakukan kajian mendalam ihwal pengaruh perubahan kebijakan tarif tersebut, khususnya terhadap portofolio kredit bank. Meskipun demikian, ia menunjukkan optimisme berkat posisi neraca perusahaan yang kuat.
Ia memaparkan sejumlah indikator kesehatan bank per Februari 2025: rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) berada kurang dari 83 persen, menunjukkan ruang penyaluran kredit yang masih memadai.
Lebih lanjut, tingkat likuiditas jangka pendek sangat terjaga jika berkaca pada liquidity coverage ratio (LCR) yang mencapai 424 persen, jauh melampaui batas minimum regulator sebesar 100 persen. Ketahanan pendanaan jangka panjang pun solid dengan net stable funding ratio (NSFR) 130,7 persen.
Strategi Perkuat Permodalan
Kekuatan Permata Bank tidak hanya bersumber dari dana nasabah. Sisi permodalan juga menjadi bantalan yang kokoh. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat mencapai 35,4 persen, dengan rasio modal inti utama (Common Equity Tier-1/CET-1) mencapai 27 persen per Februari 2025. Angka-angka ini menempatkan Permata Bank sebagai salah satu bank komersial dengan permodalan terkuat di Indonesia.
Meliza meyakini modal yang tebal ini memberikan fleksibilitas bagi bank untuk tetap tumbuh secara ekspansif, tetapi tetap mengedepankan kehati-hatian dalam menghadapi dinamika dan ketidakpastian perekonomian global.
"Hal ini yang tentunya akan mendukung pertumbuhan usaha Bank yang berkesinambungan dan dalam menghadapi potensi tantangan dari berbagai perubahan kondisi makro," kata Meliza kepada Fortune Indonesia, Kamis (17/4).
Sebagai langkah antisipasi terhadap potensi kenaikan risiko kredit—terutama pada debitur yang bisnisnya berbasis impor atau bergantung pada pasokan bahan baku dari luar negeri—Permata Bank berkomitmen terus menerapkan prinsip kehati-hatian. Strategi mitigasi risiko kredit dijalankan secara berkelanjutan, termasuk pemantauan kualitas kredit secara ketat dan evaluasi berkala terhadap sektor-sektor usaha yang rentan terdampak kebijakan tarif impor AS.
Dengan fondasi likuiditas dan permodalan yang solid, ditopang manajemen risiko yang disiplin, Permata Bank optimistis mampu menjaga stabilitas pada operasionalisasinya di tengah meningkatnya tensi perdagangan global.