Laba Perbankan Kian Moncer, Ini Faktor Pendorongnya

Jakarta, FORTUNE - Kinerja industri perbankan terlihat cukup moncer pada Semester I-2021. Perolehan laba masih meningkat di tengah masih lambatnya pertumbuhan kredit secara industri. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, kredit perbankan masih tumbuh tipis 0,59% (YoY) atau senilai Rp67,39 triliun.
Pertumbuhan laba yang kuat sendiri tercermin dari pencapaian kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank Mandiri) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Tercatat, bank berlogo pita emas ini membukukan laba bersih Rp12,5 triliun atau tumbuh 21,45% (YoY). Sedangkan, Bank Syariah Indonesia (BSI) juga berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 1,48 triliun atau naik 34,29%.
Pengamat perbankan sekaligus Staf Ahli Pusat Studi BUMN Paul Sutaryono menjelaskan, terdapat beberapa faktor penting pendorong laba bersih perbankan. Di antaranya, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang masih rendah, yakni 3,5%, Net Interest Income (NII) dan pendapatan biaya konsumsi atau fee-based income.
“Karena suku bunga acuan BI sudah turun menjadi 3,5%. Itu berarti biaya dana atau cost of fund menipis,” kata Paul kepada Fortune Indonesia di Jakarta, Rabu (4/8).
Paul menambahkan, di tengah permintaan kredit secara industri yang masih lemah, laba perbankan tidak selalu bersumber dari pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) melainkan bisa bersumber dari fee based income. “Hal tersebut seperti remitansi, cash management, wealth management, mobile banking, internet banking, hingga ATM. Plus pengelolaan rekening tabungan, giro & deposito. Belum lagi transaksi trade finance & treasury,” tutur Paul.
Sebagai informasi, meski secara industri penyaluran kredit dianggap cenderung melemah, kredit yang disalurkan Bank Mandiri mencapai Rp1.014,3 triliun atau tumbuh 16,4% (YoY). Sedangkan, pembiayaan BSI telah mencapai Rp161,5 triliun atau naik sekitar 11,73% dari periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp144,5 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi juga menyatakan, dengan pencapaian positif pada paruh pertama tahun ini diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional dari pandemi Covid-19.
"Kami memandang tren pertumbuhan ini sebagai sinyal positif bahwa permintaan masih ada diharapkan akan terus meningkat. Namun, kami akan tetap waspada dalam mengeksekusi rencana bisnis ke depan," kata Darmawan.