Utang Luar Negeri RI Turun jadi US$406,3 miliar, Ini Penyebabnya
Ekonom: tetap waspada, penurunan utang bersifat temporer.
Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2022 kembali menurun menjadi US$406,3 miliar. Posisi tersebut turun dibandingkan dengan posisi ULN pada bulan April 2022 sebesar US$410,1 miliar.
Kepala Departemen Komunikasi sekaligus Direktur Eksekutif BI Erwin Haryono menjelaskan, perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik (Pemerintah dan bank sentral) maupun sektor swasta.
"Secara tahunan, ULN Mei 2022 terkontraksi 2,6 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya sebesar 2,0 persen (yoy)," jelas Erwin melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (15/7).
Utang Pemerintah capai US$188 miliar, ini prioritas penggunaannya
Posisi ULN Pemerintah pada Mei 2022 tercatat sebesar US$188,2 miliar atau turun dibandingkan dengan posisi ULN pada bulan sebelumnya sebesar US$190,5 miliar.
Secara tahunan, ULN Pemerintah mengalami kontraksi sebesar 7,5 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya yang sebesar 7,3 persen (yoy).
"Tren penurunan ULN terjadi seiring beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo di bulan Mei 2022 dan pengaruh sentimen global yang memicu pergeseran investasi portofolio di pasar SBN domestik oleh investor nonresiden," jelas Erwin.
Sementara itu, pinjaman luar negeri mengalami sedikit kenaikan dari bulan sebelumnya, terutama pinjaman bilateral dari beberapa lembaga partner yang ditujukan untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek prioritas.
Penarikan ULN dalam periode Mei 2022 masih diutamakan untuk mendukung belanja prioritas Pemerintah dan terus mendorong akselerasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Dukungan ULN Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan belanja prioritas hingga bulan Mei 2022 antara lain paling besar ditempatkan pada sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan porsi 24,5 persen dari total ULN Pemerintah.
Utang swasta capai US$209,4 miliar
Sementara itu, posisi ULN swasta pada Mei 2022 tercatat sebesar US$209,4 miliar atau turun dari US$210,9 miliar pada April 2022. Secara tahunan, ULN swasta turun 0,7 persen (yoy) setelah tumbuh 0,3 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
Erwin menyebut, penurunan tersebut dikontribusikan oleh ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang mengalami kontraksi sebesar 0,9 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 0,8 persen (yoy).
Perkembangan ini terutama berasal dari pembayaran pinjaman dan surat utang yang jatuh tempo. Di sisi lain, ULN lembaga keuangan (financial corporations) tumbuh sebesar 0,3 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 1,9 persen (yoy).
Ekonom: penurunan utang bersifat temporer
Menanggapi kondisi tersebut, Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studie (CELIOS) Bhima Yudhistira menyebut tren penurunan utang bersifat temporer.
Menurutnya, gejolak ekonomi global masih membayangi Indonesia. Kondisi seperti pergerakan nilai tukar hingga kenaikan suku bunga perlu diwaspadai pemerintah. Sebab, hal tersebut berisiko meningkatkan angka utang luar negeri RI.
"Tantangannya adalah selisih nilai kurs akibat rupiahnya melemah, ditambah tingkat suku bunga yang naik di berbagai negara. Ini bisa mendorong bunga pinjaman yang baru akan lebih mahal dan beban-beban ini akan membuat ruang fiskal yang tadinya sedikit lebar karena bantuan dari penerimaan komoditas bisa menyempit. Ini yang perlu diwaspadai Pemerintah" ungkap Bhima kepada Fortune Indonesia, Jumat (15/7).
Meski demikian, BI menilai struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
ULN Indonesia pada bulan Mei 2022 tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 32,3 persen atau menurun dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 32,6 persen.