FINANCE

Dedolarisasi: Definisi, Tujuan, Kelebihan dan Kekurangan

Dedolarisasi adalah upaya menggebrak dominasi dolar.

Dedolarisasi: Definisi, Tujuan, Kelebihan dan Kekuranganilustrasi uang (unsplash.com/Jason Leung)
14 April 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Dedolarisasi adalah istilah yang belakangan kembali digaungkan beberapa negara dunia. Sebetulnya, apa maknanya? Lalu, apa tujuannya?

Saat ini, dolar mendominasi ekonomi dunia. Mata uang itu menghegemoni. Melansir Business Times, kini dolar digunakan dalam 88 persen transaksi internasional.

Masalahnya, karena hal itu, negara yang bermasalah dengan Amerika Serikat (AS) terdampak signifikan dalam hal perdagangan dunia. Contohnya, Rusia, yang kesulitan akibat sanksi AS.

Dus, sejumlah negara berupaya mengurangi ketergantungan dengan dolar AS, di antaranya: India, Tiongkok, Rusia, Malaysia, dan Brasil. Tiongkok misalnya, mereka melakukan perdagangan LNG dengan Prancis dalam mata uang yuan. Pun begitu dengan Rusia dan Brasil. Itu-lah dedolarisasi, lawan dari dolarisasi. Bahkan, dedolarisasi juga mencakup wacana menciptakan mata uang baru oleh negara-negara BRICS.

Apa yang dibutuhkan dalam upaya dedolarisasi?

Mengutip studi Kokenyne, Ley, dan Veyrune dari IMF Working Paper (2010), dedolarisasi adalah hal membutuhkan stabilisasi ekonomi makro secara kredibel, yang juga disertai oleh tindakan di ranah ekonomi mikro. Faktor utama yang juga penting, yakni: volatilitas nilai tukar dua mata uang serta inflasi yang stabil dan rendah.

“Beberapa langkah dapat mendorong dedolarisasi, dari pemberian insentif untuk membalikkan subtitusi mata uang, hingga pelarangan penggunaan mata uang asing.” demikian salah satu kebijakan yang disebut dalam studi tersebut.

Selain itu, dedolarisasi juga bisa didukung oleh penguatan kebijakan moneter. Tapi, karena memakan waktu lama, pembuat kebijakan harus mendorong upaya dedolarisasi sukarela dan paksa secara paralel. Sembari terus menyusun kebijakan komprehensif untuk menjaga stabilitas makro, dengan memperhitungkan risiko yang termasuk: permodalan hingga ketidakstabilan sektor perbankan.

Dengan upaya itu, negara-negara di dunia mencoba menguatkan mata uang nasional, melakukan diversifikasi risiko, memperkuat kemandirian kebijakan moneter, serta mengurangi kerentanan terhadap hukuman AS. Dalam hal investasi, dedolarisasi dapat membuka akses permodalan di domestik dan regional. 

Akan tetapi, dedolarisasi adalah upaya yang mirip pedang bermata dua. Fenomena itu juga memiliki tantangan, seperti: risiko ketidakstabilan dalam jangka pendek, proses transisi, serta penerimaan global terhadap mata uang baru yang jadi alternatif. Hal itu bisa menjadi rintangan tersendiri dalam upaya ekspansi global, sehingga dapat memengaruhi strategi pertumbuhan serta keputusan penetrasi pasar.

Related Topics