Upaya Bank Jago Antisipasi Ancaman dari Kredit Digital

- Kredit digital harus digunakan dengan bijak dan produktif untuk mencegah ancaman keuangan di masyarakat.
- Bank Jago melakukan edukasi keuangan melalui media sosial dan memprioritaskan manajemen risiko, likuiditas, dan regulasi.
- Perusahaan meraih laba bersih Rp129 miliar atau naik 78 persen (YoY) pada akhir 2024 dengan rasio kredit bermasalah sangat rendah pada 0,2 persen.
Jakarta, FORTUNE - Pada era serba digital ini, layanan keuangan digital tumbuh pesat dan menawarkan kemudahan serta kecepatan dalam bertransaksi. Namun, di balik kemudahan tersebut, tersimpan potensi risiko yang perlu diwaspadai, terutama dalam hal kredit digital.
PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC), melalui Head of Retail Banking Business Bank Jago, Nicholas Tan, mengingatkan bahwa kredit digital, jika tidak dikelola dengan bijak, dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan finansial masyarakat.
“Percayalah, jika mereka tidak tahu cara menggunakan produk kredit, mereka malah bisa terjebak dalam utang dan membuat mereka dalam posisi lebih buruk dari sebelum mendapatkan akses keuangan. Jika mereka tidak siap atau dalam posisi tidak sehat secara keuangan, kami lebih baik tidak tawarkan dulu,” ujar Nicholas melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (27/3).
Kekhawatiran ini muncul di tengah data dari Bank Indonesia (BI) yang mencatat lonjakan transaksi pembayaran digital mencapai 3,38 miliar transaksi pada Februari 2025, tumbuh 31,21 persen secara tahunan (YoY).
Pertumbuhan ini didukung oleh seluruh komponen pembayaran digital, termasuk peningkatan signifikan dalam volume transaksi melalui aplikasi mobile banking sebesar 32,22 persen (YoY) dan internet banking 16,51 persen (YoY) pada periode yang sama.
Bisnis bank digital bukan sekadar profit, tapi tingkatkan inklusi

Menyadari potensi risiko di balik kemudahan transaksi digital, Bank Jago mengambil langkah proaktif dengan mengedepankan edukasi keuangan kepada masyarakat. Upaya ini dilakukan secara berkelanjutan melalui berbagai platform media sosial, menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Bagi Nicholas, visi bisnis bank digital yang berkelanjutan tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi juga berfokus pada peningkatan kesehatan finansial masyarakat secara luas, memberikan dampak positif, dan membuka lebih banyak peluang pertumbuhan.
Selain itu, Bank Jago sebagai bank juga selalu menerapkan manajemen risiko, likuiditas, dan regulasi. Menurut Nicholas, beberapa orang sering kali mengabaikan hal-hal tersebut dan beberapa di antaranya (startup) sudah terjerumus masalah dalam manajemen keuangan yang buruk.
Menurutnya, Bank Jago berada dalam posisi yang baik. Dengan pengalamannya, manajemen mampu membangun kepercayaan di sisi ini.
“Penting untuk tidak masuk ke dalam hype teknologi baru. Kami perlu memastikan bahwa cara kami berinovasi dan menggunakan teknologi, termasuk AI, memang harus berguna dan dapat dipersonalisasi untuk nasabah, tidak hanya karena ingin ikut-ikutan menggunakannya saja,” ujar Nicholas.
NPL Bank Jago terjaga pada 0,2 persen

Pada akhir 2024, Bank Jago membukukan laba bersih Rp129 miliar, melonjak 78 persen (YoY). Dari sisi penyaluran kredit, Bank Jago membukukan pertumbuhan signifikan, mencapai Rp17,7 triliun pada akhir 2024, meningkat 36 persen dibandingkan dengan Rp13 triliun pada tahun sebelumnya.
Selain pertumbuhan kredit yang pesat, Bank Jago juga dapat menjaga kualitas aset dengan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sangat rendah pada 0,2 persen.