20 Tahun Hublot Big Bang dan Strategi bisnis di Balik “Art of Fusion”

Jakarta, FORTUNE - Di dunia jam tangan mewah, dua dekade bukan sekadar hitungan waktu melainkan perjalanan filosofi dan strategi bisnis yang saling berpadu. Bagi Hublot, dua puluh tahun Big Bang adalah simbol dari keberanian untuk menentang konvensi dan menulis ulang definisi kemewahan modern.
Diluncurkan pertama kali pada 2005 di bawah kepemimpinan Jean-Claude Biver, Big Bang langsung memikat pasar. Tahun itu, model tersebut memenangkan Grand Prix d’Horlogerie de Genève untuk desain, dan sejak saat itu menjadi motor utama bisnis Hublot yang menyumbang sekitar 40 persen dari total penjualan global merek ini.
Biver menyebut Big Bang sebagai “ledakan budaya” dalam industri jam tangan, karena menggabungkan material yang sebelumnya dianggap mustahil bersatu: emas, karet, keramik, hingga karbon. Filosofi ini, yang disebut “Art of Fusion”, menjadi DNA yang membedakan Hublot dari merek Swiss lain yang cenderung konservatif.
Di ajang Salón Internacional Alta Relojería (SIAR) 2025 di Mexico City pada 14 Oktober, Hublot merayakan tonggak tersebut dengan cara yang paling “Hublot”: mencampur tradisi dengan inovasi, waktu dengan gaya hidup, dan mekanika presisi dengan sentuhan emosional.
“Big Bang adalah semangat Hublot itu sendiri, keberanian untuk menantang status quo dan mendefinisikan ulang seni pembuatan jam modern,” ujar Julien Tornare, CEO Hublot, dalam keterangan resmi, Kamis (16/10).
“Dua puluh tahun kemudian, kami tidak hanya merayakan warisannya, tetapi juga menatap masa depan dengan keyakinan yang sama," katanya, menambahkan.

Dari simbol desain ke pilar bisnis
Big Bang bukan hanya ikon desain, tapi juga strategi bisnis inti. Business of Fashion melaporkan, Tornare mengakui bahwa di tengah penurunan pasar jam mewah global hingga ekspor jam Swiss turun hampir 10 persen pada 2023, edisi terbatas seperti Big Bang justru menjaga penjualan Hublot.
“Ketika volume melemah, nilai menjadi senjata. Edisi terbatas memberi kami fleksibilitas untuk mempertahankan margin dan menarik pasar kolektor yang loyal," ujar Tornare.
Momentum ini juga dimanfaatkan untuk meluncurkan lima koleksi edisi terbatas: Big Bang Titanium Ceramic, King Gold Ceramic, Red Magic, All Black, dan Magic Gold. Masing-masing seri membawa kembali elemen khas Big Bang, seperti bentuk bezel bergerigi dan dial bertekstur karbon tetapi diperbarui dengan teknologi material dan mesin generasi terbaru.
Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Big Bang Unico Calavera All Black, hanya 100 unit di seluruh dunia. Model yang dibanderol seharga US$23,600 atau kisaran Rp372,9 juta ini menampilkan dial safir dengan motif tengkorak “calavera”, simbol kematian sekaligus perayaan hidup dalam budaya Meksiko. Dengan diameter 42 mm, desain ini memadukan kekontrasan visual antara terang dan gelap, metafora visual dari filosofi Hublot yang memadukan masa lalu dan masa depan.
“Mexico adalah pasar yang dinamis dengan komunitas kolektor yang menghargai keberanian desain Hublot. SIAR memberi kami panggung untuk memperkuat hubungan itu dan menegaskan komitmen jangka panjang di kawasan ini," ujar David Tedeschi, Managing Director Hublot untuk Timur Tengah, Afrika, India, dan Amerika Latin.
Peluncuran ini menjadi langkah strategis di tengah tekanan pasar, ketika pendapatan lini jam dan perhiasan LVMH turun 2 persen pada 2024. Edisi terbatas berfungsi sebagai strategi diferensiasi. Menurut Morgan Stanley, penjualan Hublot sempat turun sekitar 10 persen pada 2023, tapi margin tetap terjaga berkat koleksi eksklusif bernilai tinggi.
Perayaan di Meksiko juga menjadi upaya memperluas pangsa pasar di luar Asia. Dalam jangka panjang, Hublot menargetkan pertumbuhan di Amerika Serikat dan Amerika Latin, yang kini menyumbang hampir 14 persen penjualan global dan diproyeksikan naik hingga 20 persen dalam dua tahun.