Calvin McDonald Tinggalkan Kursi CEO Lululemon, Ini Alasannya

Jakarta, FORTUNE - CEO Lululemon Athletica Inc, Calvin McDonald, dipastikan mengakhiri masa jabatannya per 31 Januari 2026 setelah perusahaan menghadapi tekanan kinerja selama lebih dari satu tahun terakhir. Perlambatan penjualan di Amerika Serikat serta persaingan yang semakin ketat dari merek olahraga dan lifestyle baru menjadi latar keputusan tersebut.
Pengumuman resmi ini menandai fase transisi penting bagi Lululemon, yang selama ini dikenal sebagai pemain utama di segmen pakaian olahraga premium global. Dalam pernyataan perusahaan pada Kamis waktu setempat, McDonald menyebut perannya sebagai CEO sebagai sebuah “pekerjaan impian”, namun menilai saat ini merupakan momen yang tepat bagi perusahaan untuk melakukan perubahan arah.
Melansir CNBC, keputusan mundur itu juga muncul di tengah tekanan internal. Pendiri sekaligus pemegang saham independen terbesar Lululemon, Chip Wilson, sebelumnya secara terbuka mendorong manajemen melakukan perubahan strategi untuk merespons tantangan pasar yang kian kompleks.
Pasar merespons positif kabar pergantian kepemimpinan tersebut. Saham Lululemon tercatat melonjak sekitar 10 persen pada perdagangan setelah jam bursa, meski perusahaan masih dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari tarif impor, melemahnya permintaan konsumen AS, hingga pergeseran preferensi belanja ke produk seperti denim.
Untuk memastikan kesinambungan operasional, Lululemon menunjuk Chief Financial Officer Meghan Frank dan Chief Commercial Officer André Maestrini sebagai CEO sementara. Sementara itu, Ketua Dewan Direksi Marti Morfitt akan memperluas perannya sebagai ketua eksekutif.
Morfitt menyampaikan bahwa dewan tengah bekerja sama dengan firma pencari eksekutif global guna menemukan pemimpin baru yang dinilai mampu membawa perusahaan melewati fase transformasi.
“Saat kita menatap masa depan, Dewan Direksi berfokus pada identifikasi seorang pemimpin dengan rekam jejak dalam memimpin perusahaan melewati periode pertumbuhan dan transformasi untuk membimbing babak kesuksesan perusahaan selanjutnya,” kata Morfitt.
Bersamaan dengan pengumuman tersebut, Lululemon merilis laporan kinerja kuartal ketiga. Perusahaan membukukan pendapatan sebesar US$2,57 miliar atau sekitar Rp42 triliun melampaui perkiraan analis. Namun, laba bersih turun menjadi US$306,84 juta atau sedikit di atas Rp5 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meski sempat menikmati peningkatan permintaan selama periode Thanksgiving, manajemen mengakui tren penjualan kembali melemah sepanjang Desember, sehingga proyeksi kinerja kuartal IV direvisi turun.
“Saya juga ingin mengakui bahwa kami telah melihat tren melambat sedikit sejak Thanksgiving, yang telah kami pertimbangkan dalam panduan Q4 kami. Namun, terlepas dari itu, kami memperkirakan tren pendapatan di AS dan Q4 akan sedikit membaik dibandingkan dengan Q3,” kata McDonald.
Melansir Times of India, kinerja Lululemon menunjukkan perbedaan tajam antara pasar domestik dan internasional. Pada kuartal tersebut, pendapatan di Amerika Serikat turun 2 persen dengan penjualan sebanding merosot 5 persen. Sebaliknya, pendapatan internasional melonjak 33 persen, sementara penjualan sebanding di luar AS naik 18 persen.
Pertumbuhan global menjadi penopang utama perusahaan di tengah pelemahan pasar AS yang selama ini menjadi kontributor pendapatan terbesar. Namun, tekanan biaya meningkat setelah berakhirnya kebijakan de minimis yang sebelumnya membebaskan barang impor bernilai rendah dari bea masuk.
Pada September, Lululemon memperkirakan dampak tarif dapat memangkas laba hingga US$240 juta atau hampir Rp4 triliun. Setelah negosiasi dengan pemasok, estimasi tersebut ditekan menjadi US$210 juta atau sekitar Rp3,4 triliun.
Selain faktor biaya, perubahan tren fesyen dari yoga pants ke denim dan busana kasual lainnya turut memengaruhi minat konsumen terhadap produk utama Lululemon. Dengan kondisi tersebut, dewan menegaskan pencarian CEO baru akan difokuskan pada sosok berpengalaman dalam memimpin perusahaan melalui fase transformasi. Pergantian kepemimpinan ini dinilai krusial dalam menentukan arah bisnis Lululemon di tengah perubahan cepat perilaku konsumen dan persaingan industri yang semakin ketat.
















