LUXURY

Meneropong Masa Depan Bisnis Perhiasan Berkelanjutan

Langkah mewujudkan perhiasan tanpa emisi gas rumah kaca.

Meneropong Masa Depan Bisnis Perhiasan BerkelanjutanSapphire/Dok. Axecop/Pexels
22 November 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Serupa dengan industri fesyen, industri perhiasan memiliki dampak besar terhadap lingkungan dan keselamatan pekerja. Logam dan batu permata yang digunakan dalam perhiasan harus ditambang dari bumi.

Praktik ini menghancurkan ekosistem, karena lahan dipindahkan untuk mengekstrak produk yang diinginkan. Proses penambangan pun melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca ke atmosfer, mencemari air dan tanah di sekitarnya. Lalu bagaimana mewujudkan perhiasan berkelanjutan?

Terlepas dari pertanyaan, "apa masa depan bisnis perhiasan?" konsep perhiasan berkelanjutan mulai menjadi pembicaraan di tengah tren mode yang cepat berubah, laju daya beli tak terbendung apalagi bagi perhiasan bagus dan berkelas. 

Namun, perhiasan sebagai tanda cinta bisa dibuat lebih baik. Tak hanya membuat perasaan penerimanya lebih baik, tapi juga berdampak lebih baik bagi lingkungan. Melansir Prestige, ada para desainer perhiasan membagikan pandangan dan perhatiannya mengenai perhiasan berkelanjutan.

Material baru dengan proses modern

Dok. LACE by Jenny Wu

Bagi arsitek Jenny Wu, masa depan perhiasan mungkin terletak pada sejumlah serat karbon dan poliuretan termoplastik cetak 3D. LACE by Jenny Wu dimulai sebagai proyek yang berangkat dari passion-nya di Los Angeles. Ini juga menandai perjalanannya ke dalam desain perhiasan hampir satu dekade yang lalu. 

Kala itu dia mencetak tiga kalung 3D dengan kerangka yang sama, tanda tangan grafis juga merek dagang dalam portofolio arsitekturalnya untuk dikenakan di Art Basel Miami. Umpan baliknya sangat menggema, Wu memikat orang asing yang ingin menyentuh kreasinya dan membelinya, itu menginspirasinya untuk memulai LACE.

“Saya merasa LACE mengisi kekosongan yang hilang dalam industri perhiasan, dengan penekanannya pada desain dan teknologi,” kata sang desainer.

Koleksi perhiasannya pun terasa sangat mirip dengan jenis proyek eksperimental firma arsitekturnya, Oyler Wu Collaborative, yang didirikan dengan sesama arsitek Dwayne Oyler. Cara Wu mendekati desain sebuah perhiasan sangat mirip dengan cara mendekati desain arsitektur. 

Tidak seperti LACE, sangat sedikit merek yang benar-benar berfokus pada desain dan menerapkan teknologi. Wu memanfaatkan teknologi terbaru dalam desain dan manufaktur dan  dapat membuat karya yang unik dengan “material unik”. LACE by Jenny Wu kemudian berkolaborasi dengan Impossible Objects, sebuah perusahaan 3D dan material, untuk koleksi aksesori yang terbuat dari serat karbon dicetak 3D.

“Saya selalu ingin merancang koleksi menggunakan material alternatif berperforma tinggi seperti serat karbon,” ujarnya. 

Sebelumnya,kata dia, serat karbon hanya cocok untuk aplikasi dengan permukaan datar dan sederhana. Namun, kini dapat menghasilkan geometri unik yang belum pernah diproduksi sebelumnya.

Alih-alih menggunakan rute penyolderan tradisional, semuanya dicetak 3D sesuai pesanan, sehingga meminimalkan pemborosan dan produksi berlebih.

“Karena teknologi produksi kami, kami dapat mencetak 3D secara lokal di wilayah tempat barang dipesan, dengan mengirimkan file 3D kami ke produsen. Ini memungkinkan kami meminimalkan jejak karbon dan mempromosikan bisnis lokal,” katanya.

Material dibuat, tidak ditambang

Dok. Instagram/Kimai.co

Related Topics