LUXURY

Pandemi Mendorong Tren Skincare dan Produk Kecantikan Baru, Apa Saja?

Kosmetik "transferproof" diprediksi masih jadi tren.

Pandemi Mendorong Tren Skincare dan Produk Kecantikan Baru, Apa Saja?Ilustrasi kosmetik. Shutterstock/5 second Studio
07 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Animo masyarakat untuk melakukan perawatan kulit justru semakin tinggi selama pandemi Covid-19. Vice President Research & Development Paragon dr. Sari Chairunnisa, Sp.KK. mengungkapkan pada masa pandemi, kandungan skincare yang banyak dicari oleh masyarakat adalah niacinamide dan retinol.

"Untuk skincare kandungan yang top search google itu ada di niacinamide, retinol. Kalau dari segi perhatian ke masalah kulit, di Indonesia orang masih concern untuk kulit yang terasa kusam, selain itu hydrating kelembaban dan acne atau jerawat,” kata Sari kepada Fortune Indonesia di Research & Development Center Paragon, Jatake, Tangerang, Kamis (7/10).

Tak hanya itu, Sari juga menjelaskan bahwa tren skincare kini lebih spesifik untuk masalah-masalah kulit tertentu. Misalnya seperti untuk anti-aging, jerawat, dan kulit kusam.

"Trennya sekarang karena sudah terkait dengan global jadi sangat spesifik. Nggak cuma whitening saja atau ekstrak-ekstrak untuk whitening. Namun, sekarang juga lebih spesifik problem kayak anti-aging, acne, untuk mengatasi kulit kusam," katanya.

Tren skincare baru dan digitalisasi

Fajrin selaku Paragon Researcher menjelaskan, pandemi turut mendorong lahirnya tren-tren skincare. Misalnya, produk skincare yang perlindungan dari blue light, skincare yang mengandung antiseptik dan sebagainya.

"Saat pandemi ada banyak keyword tren atau klaim yang bermunculan. Ada blue light, antiseptik dan aktif-aktif skincare. Kenapa bisa muncul? Karena kita terlalu sering ada di rumah saat pandemi. Jadi teman kita hanya laptop, smartphone. Jadi kita terpapar blue light," kata Fajrin.

"Wardah pun salah satu produk Paragon meluncurkan produk Lightening Series untuk melindungi kulit dari blue light. Faktor WFH juga membuat kita punya waktu untuk memperhatikan diri. Jadi banyak beli skincare atau bodycare. Maka muncul banyak brand baru yang mulai menyebut nyebut nama kandungan-kandungan seperti niacinamide, dan memunculkan inspirasi untuk whitening, dan lain-lain," ujarnya.

Menariknya, Fajrin melihat bahwa skincare juga akan berhubungan dengan digitalisasi. Sebab, kini sudah banyak inovasi-inovasi baru seperti gadget yang dapat mengingatkan waktu untuk mengaplikasikan sunscreen pada kulit. Dia pun memprediksi, ke depannya akan banyak inovasi skincare yang berkaitan dengan digitalisasi.

"Ke depannya untuk skincare juga akan ada hubungannya dengan digitalisasi dan instrumen. Misal kita bisa ukur kapan kulit kita harus pakai sunscreen. Ada gadget-nya dan lain-lain,” ujarnya..

Kosmetik "transferproof" diprediksi jadi tren hingga tahun depan

Peneliti Paragon Hadiri IFSCC Congress London 2022/Fortune IDN/Desy y.

Related Topics