Melihat Arah Bisnis Telkom (TLKM) 2025, Ada 4 Poin Penting

- Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menargetkan penambahan 800 ribu hingga 1 juta pelanggan baru di pasar fixed broadband.
- Rencana pertumbuhan ARPU sejalan dengan inflasi, fokus pada pengguna premium, meningkatkan konsumsi data per pengguna, dan mengurangi rasio Capex terhadap pendapatan.
- Telkomsel tetap menjadi pemain dominan di pasar fixed broadband dengan pangsa pasar 70—75%.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia membeberkan target strategis dan roadmap pertumbuhan emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) untuk 2025. Ada empat poin penting yang berkaitan dengan arah bisnis Telkom tahun ini.
Pertama, penambahan pelanggan di pasar fixed broadband (FBB) baru sebanyak 800 ribu hingga 1 juta pengguna. Kedua, total jumlah pelanggan 10 juta.
Ketiga, rata-rata pendapatan per pengguna (average revenue per user/ARPU) sebesar Rp240 ribu. Angka ini akan difokuskan pada pertumbuhan pelanggan premium. Keempat, rasio belanja modal (Capital expenditure/Capex) terhadap pendapatan Telkomsel diperkirakan akan menurun secara bertahap hingga 2028.
Pertumbuhan ARPU dan strategi optimisasi harga

Pada 2025, Telkomsel berencana menaikkan tarif sambil memastikan paket starter tetap terjangkau. Pertumbuhan Average Revenue Per User (ARPU) diperkirakan akan sejalan dengan inflasi yang terutama didorong oleh peningkatan pengeluaran dari pelanggan yang menghasilkan 95% dari total pendapatan.
Perusahaan berfokus pada pengguna dengan nilai tinggi karena mereka menunjukkan sensitivitas harga yang lebih rendah. Berikut poin-poin penting yang bisa dipahami:
ARPU menunjukkan tren kenaikan, sementara jumlah pelanggan tetap stabil.
Konsumsi data per pengguna meningkat, yang berkontribusi pada tren lalu lintas positif.
Biaya pemasaran dan penjualan diperkirakan tetap stabil, meskipun margin keseluruhan dapat menurun pada tahun fiskal 2024 karena adanya program pensiun dini.
Perusahaan memiliki tujuan untuk secara bertahap mengurangi rasio Capex terhadap pendapatan, dengan target penurunan menjadi 17—19% pada 2028.
Adapun Telkomsel tetap menjadi pemain dominan di pasar fixed broadband (FBB) yang mempertahankan pangsa pasar 70—75% dan beroperasi di 450—500 kota.
Meskipun persaingan belum berdampak signifikan pada posisinya, perusahaan telah memperkenalkan EzNet untuk mengatasi kekhawatiran terkait keterjangkauan.
Telkomsel terus memprioritaskan pelanggan premium untuk mengimbangi potensi penurunan ARPU dari layanan EzNet yang lebih terjangkau. Perusahaan sedang mengevaluasi partisipasi dalam lelang spektrum 1,4G Hz sambil memastikan efisiensi biaya dan manfaat strategis jangka panjang.
Kemudian, Telkomsel juga menjajaki solusi fixed wireless access (FWA) dan mengoptimalkan penggunaan spektrum untuk mendukung ekspansi di masa depan. Pemindahan bisnis broadband rumah ke Telkomsel dimaksudkan untuk meningkatkan skalabilitas dan efisiensi operasional.
Lanskap kompetitif dan posisi pasar By.U
Mirae Asset Sekuritas Indonesia mencatat bahwa lanskap kompetitif di Jawa memperlihatkan persaingan dan pangsa pasar relatif seimbang, sementara Telkomsel terus mempertahankan posisi dominannya di luar Jawa.
“Perusahaan sedang melakukan penyesuaian strategis di sisi pasokan sambil secara bertahap menaikkan harga untuk meningkatkan keterjangkauan tanpa mengganggu stabilitas pasar,” tulis riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dikutip Jumat (21/2).
Pada produk By.U yang awalnya merupakan merek digital sudah memperluas jangkauannya ke ritel offline pada 2023, namun tetap fokus pada segmen anak muda, terutama di sekitar sekolah dan universitas.
Kontribusinya secara keseluruhan masih relatif kecil, sekitar 5% dari total pendapatan, termasuk Tsel Lite dan Tsel Prabayar. Pengenalan paket starter 10K merupakan inisiatif taktis untuk menarik pelanggan segmen menengah hingga rendah, dengan dampak yang diharapkan minim terhadap ARPU.