Cakra Buana (CBRE) Cetak Rugi Rp51,66 miliar di 2024, Ini Penyebabnya

- CBRE mencetak rugi Rp51,66 miliar di 2024, meningkat drastis dari keuntungan tahun sebelumnya.
- Pendapatan tumbuh 45,5%, namun beban usaha dan keuangan juga meningkat signifikan.
- Jumlah aset CBRE turun 5,47% menjadi Rp333,65 miliar, sementara liabilitas naik 18% menjadi Rp32,24 miliar.
Jakarta, FORTUNE - PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) mencetak penurunan kinerja untuk tahun buku 2024 dengan laba rugi membengkak menjadi Rp51,66 miliar. Padahal, pada tahun sebelumnya CBRE mampu mencetak keuntungan sebesar Rp904 juta.
Berdasarkan laporan keuangan Cakra Buana di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), kerugian tersebut disebabkan beban usaha yang juga mengalami peningkatan, meskipun pada periode tersebut pendapatan perseroan tercatat tumbuh.
Cakra Buana mencatat pendapatan tumbuh mencapai 45,5 persen secata tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp62,17 miliar.
Sementara beban usaha meningkat signifikan hingga 157,2 persen dari Rp12,66 miliar pada 2023 menjadi Rp32,5 miliar pada 2024. Kemudian beban keuangan juga mengalami lonjakan dari Rp1,92 miliar menjadi Rp14,6 miliar.
Dari sisi neraca keuangan, jumlah aset Cakra Buana juga mengalami penurunan sebesar 5,47 persen secara tahunan menjadi Rp333,65 miliar, dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp352,9 miliar.
Direktur Cakra Buana, Suminto Husin Giman mengatakan penurunan kas dan setara kas utamanya disebabkan oleh pelunasan atas unit kapal baru yakni kapal mother vessel MV. Majestic Laksono
Kemudian teradi kenaikan persediaan sebesar Rp5,6 millar dibanding tahun sebelumnya yang disebabkan peningkatan atas persediaan untuk bahan bakar kapal MV. Majestic Laksono dalam menunjang operasional.
Selain itu ada penurunan aset hak guna - neto sebesar Rp 5,2 miliar yang disebabkan penambahan penyusutan atas aset hak guna pada tahun berjalan.
Dari sisi liabilitas, Cakra Buana mencatat kenaikan sebesar 18 persen secara tahunan menjadi Rp 32,24 miliar. Hal ini disesbabkan peningkatan atas utang usaha pihak ketiga sebesar Rp 12,5 miliar dibanding tahun sebelumnya dan penambahan aktifitas biaya operasional pada periode tersebut.