CIO Pandu Sjahrir Beberkan Kesiapan Danantara Jadi Liquidity Provider

Jakarta, FORTUNE - Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir mengungkapkan peluang Danantara menjadi liquidity provider atau penyedia likuiditas pada pasar modal Indonesia.
“Kita sedang diskusikan karena pasar modal kan ada dibagi dua bond dan equity, tentu nanti kita lihat dari hasil dividen nanti kita parking di mana, bisa jadi salah satunya di sana (pasar modal),” ujar Pandu di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (14/4).
Pandu melanjutkan, dana hasil dividen yang akan diterima Danantara dari sejumlah perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) pada bulan ini akan berpotensi dialokasikan ke public market.
“Tapi nanti kami udah ada proyek-proyek, prabowo sudah bicara juga dengan Qatar tentang investment US$2 miliar, untuk proyek masuk ke Indonesia,” katanya.
Untuk saat ini, Pandu belum bisa merinci sektor saham apa yang akan dimasuki. Kendati demikian, Pandu mengungkapkan saat ini Danantara telah menggenggam 18 saham dari perusahaan BUMN yang menjadi perusahaan terbuka.
“Kami fokus ke return-nya, tapi kami sekarang sudah pegang 18 perusahaan BUMN yang ada di pasar modal, kami lihat ke fokus operasi dan investasinya, se-simple itu,” ujarnya.
Sebagai informasi, baru-baru ini Qatar telah menanamkan investasi senilai US$2 miliar atau sekitar Rp 33,6 triliun melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia). Pandu mengungkap, nilai investasi tersebut rencananya akan dialokasikan pada sejumlah sektorr penting seperti ketahanan pangan, energi, hilirisasi, hingga infrastruktur digital. “Hal-hal seperti itu health care juga menurut saya bagus, hospitality di Indonesia juga bagus,” ujarnya.
Meski demikian, Pandu sendiri juga belum bisa membuka negara-negara lain yang akan lanjut menanamkan modalnya di Indonesia. “Tunggu aja,” tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan(OJK) Mahendra Siregar menyatakan bahwa OJK mendorong penguatan dari investasi domestik di pasar modal khususnya oleh investor institusional seperti lembaga keuangan milik pemerintah atau BUMN seperti Danantara.
“Mendorong kemungkinan lebih besar lagi lembaga jasa keuangan yang di bawah Danantara melakukan investasi di pasar modal sebagai investor institusional. Pembicaraan seperti itu sudah dilakukan. Berbagai hal yang telah dilakukan akan membuahkan hasil yang lebih konkret dan membuahkan penguatan sektor rill yang lebih tangguh dan pendalaman sektor keuangan yang kita inginkan, yang akan menjadi tambahan keuntungan,” kata Mahendra dalam Konferensi Pers Hasil RDKB OJK Maret 2025 secara daring, Jumat (11/4) lalu.