MARKET

Prospek Emiten Semen di Tengah Kelanjutan Proyek Infrastruktur 2023

Naiknya anggaran infrastruktur meningkatkan konsumsi semen.

Prospek Emiten Semen di Tengah Kelanjutan Proyek Infrastruktur 2023Suasana proyek pembangunan tol ruas Sigli-Banda Aceh seksi 5 Blang Bintang -Kuta Baro di Aceh Besar, Aceh, Senin (28/3). (ANTARAFOTO/Syifa Yulinnas)

by Ekarina

07 December 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Emiten sektor semen berpotensi membukukan kinerja lebih baik pada 2023. Optimisme ini antara lain terdorong oleh kelanjutan pembangunan infrastruktur tahun depan dan pemulihan permintaan sektor residensial.

Pemerintah meningkatkan anggaran infrastruktur sebesar 7,8 persen pada tahun depan menjadi Rp392 triliun. Ini menunjukkan bahwa pemerintah tetap fokus pada pembangunan infrastruktur, khususnya proyek strategi nasional (PSN).

Untuk memuluskan rencana ini, pemerintah telah menyalurkan Penyertaan Modal Negara (PMN) pada Tahun Anggaran 2022, dan juga kemungkinan di tahun depan untuk beberapa proyek seperti jalan tol Sumatera dan kereta cepat Bandung.

Pembangunan IKN juga menjadi proxy bagi sektor semen, melalui pembangunan tahap 1
telah mencapai 348 hektare senilai proyek Rp5,3 triliun.

"Kami menilai PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berpotensi memainkan peran besar karena proyek IKN akan menyerap 1,6 juta ton semen pada 2022-2024 dan kemungkinan melonjak menjadi 4 juta ton pada 2025-2029, lalu 6 juta ton pada 2030-2034 dan 8 juta ton pada 2034-2039," kata Research Analyst MNC Sekuritas, Muhamad Rudy Setiawan dikutip Rabu (7/12).

Di sisi lain, sektor residensial Indonesia yang merupakan penyerap terbesar semen nasional diprediksi tumbuh positif. Hal ini didukung oleh jaminan simpanan properti yang tinggi sekitar 12 juta, sementara di sisi pengembang pun masih mencatat pertumbuhan penjualan pemasaran pasca booming komoditas beberapa tahun terakhir. 

"Kami memperkirakan volume penjualan berpotensi bergerak di 68-70 ton di 2023-2024," katanya.

Kenaikan harga jual semen

Ilustrasi angkutan semen. Shutterstock/Susilo Prambanan

Rata-rata harga penjualan (ASP) diperkirakan tekah mengalami kenaikan 3 kali lipat sepanjang tahun ini bersamaan dengan lonjakan harga batu bara dan minyak mentah dunia. Dua komponen ini tentu berdampak pada naiknya biaya produksi dan transportasi. 

Harga batu bara mencapai lebih US$400 per ton dan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada September 2022. Meski demikian, harga batubara diperkirakan akan lebih normal tahun depan di kisaran US$210-230 per ton atau mendekati harga 2021menurut konsensus. Hal ini disebabkan oleh turunnya permintaan dari Cina karena kebijakan nol Covid-19.

Selain itu, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) akan memainkan peran kunci dalam menekan biaya karena batu bara menyumbang sekitar 40 persen dari COGS.

Hingga saat ini, SMGR dan INTP telah mendapatkan kuota DMO sebesar 50 persen pada 2023. "Sehingga kami memproyeksikan biaya energi SMGR dan INTP
akan menuju ke kisaran masing-masing Rp271.000 atau Rp251.000 per ton di 2023," tulisnya. 

Namun, strategi efisiensi biaya logistik serta distribusi tetap diperlukan untuk menjaga margin EBITDA tetap aman. Untuk SMGR, ia memperkirakan bakal terjadi efisiensi dan perluasan pangsa pasar, menyusul langkah konsolidasi perusahaan dengan SMBR. Strategi ini juga diperkirakan dapat meningkatkan margin perusahaan di masa mendatang.

"Kami berasumsi untuk peningkatan ASP pada 2023 akan berada pada di level moderat sekitar 5 persen secara tahunan (YoY) tak seagresif tahun ini karena risiko yang lebih ringan," katanya. 

Risiko geopolitik

Meskipun harga batubara diprediksi akan lebih normal di tahun depan, konflik geopolitik berpeluang mengancam prospek positif industri semen. Rusia masih dilaporkan menutup jaringan distribusi mereka kawasan Eropa, sedangkan La Nina diprediksi  akan berlangsung cukup lama tahun depan.

Hal ini akan mengganggu rantai pasokan batu bara sehingga meningkatkan harga. Selain itu, regulasi juga menjadi faktor risiko, dengan asumsi bahwa kebijakan DMO diubah, dan pemerintah mengintervensirata-rata harga jual semen dalam negeri

Dengan faktor tersebut, MNC Sekuritas mengubah rekomendasi dari outlook netral menjadi overweight untuk sektor semen di 2023. 

"Kami percaya meningkatnya permintaan pada sektor properti dan anggaran infrastruktur yang lebih tinggi akan meningkatkan konsumsi semen domestik," katanya.

Sedangkan pada faktor risiko ada tiga hal yang diwaspadai: 1) Harga batubara yang lebih tinggi; 2) kebijakan pajak ODOL dan karbon; 3) Kebijakan DMO batubara.