MARKET

Resmi Melantai, Saham Nusantara Sawit Sejahtera(NSSS) Dibuka Naik 8,6%

Penawaran saham NSSS catat kelebihan permintaan 13,9 kali.

Resmi Melantai, Saham Nusantara Sawit Sejahtera(NSSS) Dibuka Naik 8,6%Listing perdana PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS). Dok, BEI
10 March 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Emiten perkebunan, PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS) resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada perdagangan perdananya, saham NSSS dibuka naik 8,6 persen ke level Rp138 dari harga penawaran Rp127.

Beberapa menit setelahnya laju saham perseroan mengalami fluktuasi dengan rentang pergerakan di level Rp126-138. Nusantara Sawit menjadi perusahaan tercatat ke-27 yang melantai di BEI sepanjang 2023.

Melalui IPO penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) ini, perusahaan melepas sebanyak 3,568 miliar saham kepada publik. Jumlah saham yang ditawarkan tersebut setara 15 persen dari modal disetor NSS setelah penawaran umum perdana saham.

Perseroan merampungkan penawaran awal (book building) pada 17-22 Februari 2023. Setelah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Februari 2023, NSS lalu melanjutkan dengan masa penawaran umum perdana saham pada 2-8 Maret 2023.

Presiden Direktur Nusantara Sawit Sejahtera, Teguh Patriawan mengatakan, nilai nominal saham perseroan sebesar Rp50 per saham. "Dengan harga perdana saham Rp127 per lembar, dana yang kami himpun melalui IPO saham ini sebesar Rp453,165 miliar," katanya dalam keterangan di Jakarta, Jumat (10/3).

Dia menuturkan, selama masa penawaran umum, saham perseroan mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) sekitar 13,9 kali. Hal ini menunjukan tingginya animo investor terhadap IPO saham NSSS. Bersamaan dengan IPO, perusahaan juga menerbitkan 1,784 miliar waran seri I, atau 8,82 persen dari total saham ditempatkan dan disetor penuh.

Setiap pemegang dua saham baru berhak memperoleh satu waran seri I, yang mana setiap pemegang satu waran seri I berhak membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan
sebesar Rp190 per saham. “Jika seluruhnya dilaksanakan oleh pemegang waran seri I, dana yang akan diperoleh NSS mencapai Rp338,982 miliar,” katanya.

Penggunaan dana IPO

Menurut Teguh, dana hasil IPO rencananya akan digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas produksi, pembiayaan penanaman baru, dan modal kerja entitas anak. Dana tersebut akan disalurkan melalui mekanisme penyertaan modal.

PT Borneo Sawit Perdana (BSP) menjadi salah satu anak usaha yang akan menerima suntikan modal dengan dana hasil IPO. Sekitar 33 persen akan digunakan untuk belanja modal dalam membangun pabrik kelapa sawit seluas 40 hektare (ha) berkapasitas 60 ton tandan buah segar (TBS) per jam dan fasilitas pendukungnya. Sedangkan 9,4 persen akan digunakan untuk pemenuhan modal kerja BSP dalam pembelian pupuk dan agrochemical atau bahan kimia pertanian.

Anak usaha perseroan lainnya, PT Bina Sarana Sawit Utama (BSSU) juga mendapat suntikan dana hasil IPO, sekitar 47 persen akan digunakan untuk belanja modal dalam rangka penanaman baru perkebunan sawit. Dari jumlah tersebut, 15 persen di antaranya akan dipakai untuk pembebasan lahan seluas 6.831 ha
agar berstatus hak guna usaha (HGU). Adapun sisa anggaran akan dipakai untuk proses pembibitan hingga pemupukan selama periode belum menghasilkan.

Kemudian, sekitar 10,6 persen dana hasil IPO akan disalurkan kepada PT Prasetya Mitra Muda untuk pemenuhan modal kerja PMM dalam pembelian pupuk dan agrokimia atau bahan kimia pertanian. “Dana yang diperoleh Perseroan dari hasil pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan untuk belanja modal ke entitas anak dengan mekanisme penyertaan modal,” katanya.
 

Outlook dan kinerja

Dengan kapitalisasi pasar NSSS sekitar Rp2,9 hingga Rp4,5 triliun, Teguh optimis bisnis CPO kedepan masih memiliki potensi besar di Indonesia. Per September 2022, penjualan NSSS mencapai Rp864,31 miliar. Pencapaian ini naik 13,2 persen bila dibandingkan penjualan NSS sebesar Rp763,38 miliar per September 2021.

Kenaikan penjualan tersebut didorong oleh peningkatan penjualan CPO sebesar 9,5% dan peningkatan penjualan PK sebesar 17,3 persen. Ini dipicu oleh kenaikan harga jual rata-rata CPO sebesar 17,8 persen dan kenaikan harga jual rata-rata PK sebesar 26,8 persen.

Dari penjualan tersebut, NSSS membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp66,07 miliar. Laba tersebut turun 56,1 persen, dari periode sama 2021 yang mencapai Rp147,56 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan laba sebelum manfaat pajak penghasilan badan sebesar Rp89,98 miliar atau sekitar 46,3 persen.

Total ekuitas NSSS meningkat sebesar 11,8 persen, dari 559,254 miliar per 31 Desember 2021 menjadi Rp625,326 miliar per 30 September 2022. Kenaikan tersebut disebabkan penurunan akumulasi rugi sebesar Rp66,07 miliar.

Sementara total aset Perseroan per 30 September 2022 turun 1,4 persen, dari Rp2,975 triliun per 31 Desember 2021 menjadi Rp2,932 triliun per 30 September 2022. Penurunan aset perseroan disebabkan oleh penurunan aset lancar sebesar Rp123,59 miliar atau sebesar 31,1 persen.

Adapun total liabilitas Perseroan mengalami penurunan sekitar 4,5%, dari Rp2,415 triliun per 31 Desember 2021 menjadi Rp2,307 triliun per 30 September 2022 yang disebabkan penurunan liabilitas jangka pendek sebesar Rp121,9 miliar atau sebesar 33,6 persen. 

Related Topics