MARKET

Bisnis Menara Melejit, Tower Bersama Raup Laba Rp1,5 Triliun

Perseroan memastikan struktur utang konservatif.

Bisnis Menara Melejit, Tower Bersama Raup Laba Rp1,5 TriliunIlustrasi menara telekomunikasi. ANTARA FOTO/Anis Efizudin

by Luky Maulana Firmansyah

22 March 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk berhasil meraup laba bersih Rp1,55 triliun, atau meningkat 53,4 persen ketimbang Rp1,01 triliun pada 2020. Sebagai perbandingan, pada era sebelum pandemi atau 2019, keuntungannya Rp819,45 miliar.

“2021 merupakan tahun dengan rekor pertumbuhan, dengan pertumbuhan organik yang kuat serta akuisisi portofolio menara,” kata Hardy Wijaya Liong, CEO Tower Bersama, dalam rilis kepada media, seperti dikutip, Selasa (22/3). Pada 2021, perseroan menambahkan 7.633 penyewaan kotor yang terdiri dari 4.348 sites telekomunikasi dan 3.285 ke portofolio.

Dalam aspek pendapatan, perusahaan berkode TBIG itu mencetak kenaikan 16,0 persen menjadi Rp6,18 triliun. Jika ditengok berdasarkan segmen operasinya, pendapatan utama dari menara meningkat 16,1 persen menjadi Rp6,13 triliun. Lalu, perseroan juga membukukan pendapatan repeater dan gedung masing-masing Rp38,77 miliar dan Rp8,51 miliar.

Menurut Hardy, TBIG memiliki total 39.088 penyewaan dan 20.578 site telekomunikasi. Secara terperinci, site telekomunikasi tersebut terdiri dari 20.466 menara telekomunikasi dan 112 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 38.976, kata Hardy, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,90.

Struktur utang konservatif

Ilustrasi menara. (Shutterstock/ShutterOK)

TBIG mencetak kenaikan 17,9 persen menjadi Rp32,08 triliun dari sebelumnya Rp27,22 triliun pada departemen liabilitas atau kewajiban. Ekuitasnya mencapai Rp9,79 triliun, atau meningkat 5,2 persen ketimbang tahun sebelumnya.

Menurut CFO TBIG, Helmy Yusman Santoso, perseroan memiliki struktur utang konservatif dengan sumber pendanaan yang terlindung nilai sepenuhnya, terdiversifikasi, dan komitmen atas ketersediaan dari pinjaman yang belum ditarik.

Pada akhir Oktober, kata Helmy, perusahaan menetapkan penawaran surat utang dengan jumlah keseluruhan US$400 juta atau Rp5,72 triliun, tenor 5,5 tahun, dan tingkat suku bunga 2,80 persen Surat Utang Tanpa Jaminan Yang Didahulukan, yang merupakan spread paling minimal dari obligasi korporasi non-BUMN Indonesia.

“Selain itu, kami juga terus secara reguler mengakses pasar Obligasi Rupiah melalui program Obligasi Rupiah Berkelanjutan V yang berlaku sampai Agustus 2023,” ujarnya.

Saat ini harga saham TBIG mencapai Rp2.910 per unit. Dalam enam bulan terakhir saham perseroan terkoreksi 8,20 persen, tapi secara tahunan masih tumbuh 40,58 persen dari sebelumnya Rp2.070 per saham.