MARKET

Harga Bitcoin Terus Turun, Apa Bakal Berlanjut?

Penyusutan harganya 12,1 persen ketimbang posisi awal tahun.

Harga Bitcoin Terus Turun, Apa Bakal Berlanjut?Ilustrasi Bitcoin. (Shutterstock/Coyz0)
10 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Memasuki awal tahun, harga Bitcoin (BTC) relatif menurun. Penyusutannya bisa ditengok dari data coinmarketcap. Pada perdagangan Minggu (9/10), harga Bitcoin ditutup ke posisi US$41.911 atau setara Rp597,23 juta (asumsi kurs Rp14.250). Jika dibandingkan dengan posisi US$47.686 pada awal tahun, harga tersebut sudah turun 12,1 persen.

Harga aset kripto sama juga semakin menjauh dari rekor tertinggi sepanjang masa, yaitu US$68.000 atau setara Rp969 juta pada November tahun lalu.

Seiring penurunan harga, diperkirakan kapitalisasinya juga menciut. Saat ini, kapitalisasi Bitcoin US$793,16 miliar atau Rp11.302,5 triliun. Sebagai perbandingan, pada saat harganya memuncak, kapitalisasi BTC sempat menyentuh US$1,27 triliun.

Gara-gara sentimen The Fed

Mengutip Fortune.com, Senin (10/1), Bitcoin lesu terutama karena dari sentimen bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang berencana menyesuaikan stimulus lebih cepat dari perkiraan. The Fed menyatakan bakal menaikkan suku bunga acuan—yang berpotensi meningkatkan biaya modal perekonomian. Langkah tersebut bepeluang menjauhkan investor dari kripto.

“Mata uang kripto mendapat manfaat dari suntikan likuiditas besar-besaran Fed sejak 2020," kata Matt Maley, kepala strategi pasar untuk Miller Tabak + Co. "Itu mendorong (harga) aset ini terlalu jauh, terlalu cepat."

Senada, Lindsey Bell, kepala pasar dan ahli strategi uang di Ally, mengatakan investor sudah gelisah memasuki tahun ini berkat ketidakpastian jalur kebijakan Fed. “Orang-orang menilai kembali risiko yang ingin mereka ambil,” katanya.

Namun, ada prediksi lain yang disampaikan oleh Goldman Sachs, perusahaan bank investasi dan jasa keuangan, terkait Bitcoin. Menurut Zach Pandl, salah satu analis di perusahaan itu, harga BTC berpotensi menembus US$100.000 dengan satu syarat: sanggup mengambil pangsa pasar emas.

Proyeksi Tokocrypto: 2022 sulit

Afid Sugiono, trader Tokocrypto, mengatakan 2022 akan menjadi tahun sulit bagi Bitcoin. Ia sepakat bahwa penurunan harga pada awal tahun disebabkan sentimen The Fed.

Menurut Afid, pergerakan Bitcoin masih akan terkoreksi jika ditinjau dari analisis teknikal, yang menunjukkan pola bendera (flag pattern). Sedangkan, bila ditengok dari indikator exponential moving average/EMA 50, ada indikasi Bitcoin akan menurun di area support US$40.000 sampai US$42.00.  

“Bitcoin saat ini cenderung memiliki sentimen positif. Koreksi ini masih dapat dikatakan hal yang normal terjadi, jika dilihat dari siklus empat tahunan. Dari Januari 2017, Bitcoin menurun 54 persen, kemudian (Januari) 2021 menurun 25 persen,” kata Afid dalam keterangannya kepada media.

Namun, meski sedang turun, Bitcoin masih menjadi aset kripto paling populer dan kapitalisasi pasar terbesar. 

Related Topics