Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

MBMA & MTEL Masuk MSCI Indonesia Small Cap, Bagaimana Prospeknya?

BEI rilis aturan liquidity provider saham.png
Ilustrasi liquidity provider saham (Freepik)

Jakarta, FORTUNE - Saham PT Merdeka Batteray Materials Tbk (MBMA) dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) resmi masuk ke indeks MSCI Indonesia Small Cap Index. Bagaimana prospek kedua saham tersebut?

Sesuai evaluasi berkala, terdapat perubahan nama konstituen dalam indeks MSCI Small Cap Index. Selain masuknya MBMA dan MTEL, ada empat emiten Indonesia yang keluar dari indeks acuan tersebut, yaitu: PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Saham MBMA dan MTEL sama-sama menguat pada akhir perdagangan Kamis (15/5), dengan tingkat kenaikan masing-masing 0,56 persen dan 3,10 persen.

"Katalis [penguatannya adalah] masuknya perseroan ke dalam indeks MSCI Global Small Cap yang akan rebalancing pada 30 Mei 2025," demikian catatan CGS International Sekuritas Indonesia, Kamis.

MSCI sendiri adalah indeks saham yang dirilis oleh Morgan Stanley. Sementara, MSCI Indonesia Small Cap Index didesain untuk menghitung kinerja dari segmen saham dengan kapitalisasi kecil di pasar Indonesia. Indeks tersebut menjangkau sekitar 14 persen dari ekuitas-ekuitas di Indonesia.

Dikutip dari situs web MSCI, per 30 April 2025, ada 51 konstituen Indonesia yang masuk ke dalam MSCI Small Cap Index. Total kapitalisasi pasar indeks itu adalah US$22,07 miliar. Rata-rata kapitalisasi pasar konstituennya adalah US$432,85 juta.

Secara menyeluruh, yield dividen seluruh saham di MSCI Small Cap Index berada di level 3,59 persen. Sementara itu, rasio price to earning (P/E) indeks itu adalah 12,65 kali, dengan rasio price to book value (P/BV) sebesar 1,01 kali.

Prospek saham MBMA dan MTEL

Indopremier Sekuritas (IPOT) memproyeksikan MBMA meraih pendapatan sebesar US$1,89 miliar pada 2025. Lalu, laba bersih diprediksi mencapai US$43 juta. Proyeksi itu dibarengi dengan perkiraan pertumbuhan EPS (earning per share) sebesar 90 persen sepanjang 2025.

"Kinerja semester I 2025 diperkirakan lebih rendah dibandingkan semester II 2025 karena peningkatan produksi yang diperkirakan terjadi di paruh kedua, perawatan fasilitas RKEF MBMA, harga jual rata-rata yang turun tipis," jelas Analis IPOT, Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan dalam risetnya, dikutip Kamis.

Untuk valuasi, IPOT memperkirakan MBMA akan meraih P/E 40,4 kali pada 2025. Bagaimana dengan target harga? IPOT menetapkan Rp560 per saham untuk MBMA.

Bagaimana dengan MTEL? IPOT memasang target harga Rp780 per saham. Terkait valuasi, tim IPOT memproyeksikan MTEL meraih rasio P/E sebesar 20,7 kali pada 2025. Untuk kinerja, MTEL diprediksi membukukan pendapatan senilai Rp9,75 triliun dan laba bersih inti Rp2,33 triliun.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us