Menakar Kinerja dan Komitmen Berkelanjutan MedcoEnergi

Jakarta, FORTUNE - Fluktuasi harga minyak global tampaknya menekan industri hulu migas, tak terkecuali PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi). Namun, perusahaan energi terintegrasi ini tetap mempertahankan kinerja operasional yang solid, sembari melangkah lebih jauh dengan memperkuat komitmen terhadap target net-zero emission.
Langkah terbaru yang menegaskan strategi hijau perusahaan adalah bergabungnya anak usaha Medco di sektor minyak dan gas, PT Medco E&P Indonesia, ke dalam Oil & Gas Methane Partnership (OGMP) 2.0, yang merupakan inisiatif utama United Nations Environment Programme (UNEP). Program ini mengedepankan transparansi dan akurasi dalam pengukuran serta pelaporan emisi metana—gas rumah kaca yang memiliki potensi pemanasan global jauh lebih tinggi dibanding karbon dioksida.
“Keikutsertaan MedcoEnergi dalam OGMP 2.0 merupakan pencapaian penting dalam mewujudkan aspirasi Net-Zero,” ujar Roberto Lorato, CEO MedcoEnergi (6/11). “Pelaporan emisi metana yang transparan dan kredibel menjadi landasan upaya dekarbonisasi kami, sekaligus memperkuat peran MedcoEnergi sebagai perusahaan energi yang bertanggung jawab dan berstandar global.”
Melalui OGMP 2.0, MedcoEnergi kini menjadi bagian dari jaringan lebih dari 150 perusahaan migas di 90 negara. Partisipasi ini juga memperkuat kontribusi Indonesia dalam Global Methane Pledge, yang menargetkan pengurangan emisi metana global sebesar 30% pada 2030.
Tak hanya itu, perusahaan ini juga menunjukkan capaian konkret. Hingga tahun ini, MedcoEnergi telah menurunkan lebih dari 1,5 juta ton CO₂e dibandingkan tahun dasar 2019. Di saat bersamaan, perusahaan terus memperluas portofolio energi terbarukan melalui proyek geotermal Ijen 35 MW dan East Bali Solar PV 25 MWp, bagian dari ekspansi bisnis listrik hijau yang kini menyumbang 25 persen dari total produksi listrik Medco Power.
Kinerja solid di tengah gejolak pasar

Dalam laporan kinerja sembilan bulan pertama 2025, MedcoEnergi mencatat EBITDA sebesar US$946 juta, hanya turun 3 persen dibanding periode sama tahun lalu meski harga minyak global merosot 15 persen dari US$80 menjadi US$68 per barel. Bagaimanapun, laba bersih tercatat US$86 juta, turun dari US$273 juta pada 2024 akibat turunnya kontribusi Amman Mineral Internasional (AMMN) dan beban eksplorasi sumur kering.
Penurunan kinerja laba tak mengubah arah positif perusahaan. MedcoEnergi tetap ekspansif dengan menyelesaikan beberapa proyek utama, seperti produksi pertama dari Proyek Terubuk Well Head Platform (WHP) M di Laut Natuna Selatan yang menambah kapasitas hingga 6.600 barel minyak per hari (bopd) dan 60 juta kaki kubik gas per hari (mmscfd).
Total produksi mencapai 150 ribu barel setara minyak per hari (mboepd), dengan puncak produksi pada September sebesar 174 mboepd. Komposisi produksi masih didominasi gas, yakni 72 persen dari total, sejalan dengan strategi perusahaan memperkuat posisi di rantai nilai gas.
Langkah akuisisi juga menjadi penopang utama pertumbuhan. MedcoEnergi menuntaskan akuisisi 45 persen hak operasi Repsol di PSC Sakakemang dan 80 persen di South Sakakemang PSC, memperluas cadangan gas di Sumatra Selatan. Selain itu, peningkatan kepemilikan di PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) menjadi 40 persen memperkuat integrasi bisnis gas dari produksi hingga distribusi ke Riau, Batam, dan Singapura.
Dalam sektor kelistrikan, Medco Power Indonesia mencatat penjualan listrik sebesar 3.188 GWh, naik 8 persen dari tahun sebelumnya. Sebanyak seperempat di antaranya bersumber dari energi terbarukan. Dengan rampungnya proyek Ijen dan Bali Timur, total penjualan listrik tahun penuh 2025 diperkirakan mencapai 4.300 GWh.
Meski beban utang meningkat akibat akuisisi, manajemen menjaga rasio utang bersih terhadap EBITDA di level 2,0x, disertai strategi pengelolaan utang aktif melalui tender offer dan pembelian kembali obligasi senilai US$522 juta. Perusahaan juga meluncurkan program buyback saham senilai 455 juta lembar dan menaikkan total dividen menjadi Rp53,3 per saham, tumbuh 18% dibanding tahun sebelumnya.
“Kepercayaan kami terhadap nilai inti bisnis tercermin dari program pembelian kembali saham dan peningkatan dividen,” tutur Hilmi Panigoro, Direktur Utama MedcoEnergi.
Optimisme analis

Meski harga minyak global masih di bawah tekanan, analis menilai prospek MedcoEnergi tetap positif berkat strategi pertumbuhan yang terarah. Riset Ciptadana Sekuritas menilai akuisisi 24 persen saham di Blok Corridor dari Repsol akan mendorong produksi hingga 180 mboepd dan menambah EBITDA sekitar US$70 juta.
“Kami mempertahankan rekomendasi buy untuk saham MEDC dengan target harga Rp1.800, mencerminkan valuasi 4,6 kali EV/EBITDA proyeksi 2026,” tulis riset tersebut.
Sementara itu, Panin Sekuritas melihat ketahanan kinerja MedcoEnergi tercermin dari penurunan EBITDA yang lebih moderat dibanding harga minyak global. “EBITDA Medco turun 3,4% year-on-year, sedangkan harga minyak global turun 15%. Ini menunjukkan efisiensi operasional yang baik,” jelas analis Andhika Audrey.
Panin juga menilai prospek jangka menengah MedcoEnergi akan ditopang oleh proyek Corridor–Sakakemang gas hub, serta pengembangan Senoro fase 2A dan West Kalabau-1 yang ditargetkan beroperasi pada 2026. Meski ada risiko dari fluktuasi harga minyak dan kinerja AMMN, mayoritas analis tetap optimistis. Berdasarkan data Bloomberg Terminal, 19 dari 20 analis (95 persen) merekomendasikan beli saham MEDC dengan target rata-rata Rp1.682, mencerminkan potensi imbal hasil 25,6% dalam 12 bulan.
Masa depan energi rendah karbon
Kinerja finansial yang solid dan disiplin ekspansi menjadikan MedcoEnergi salah satu pemain energi domestik dengan posisi strategis di era transisi. Dengan portofolio migas yang kuat dan investasi berkelanjutan di energi terbarukan, perusahaan ini berupaya menyeimbangkan profitabilitas dengan tanggung jawab lingkungan.
Partisipasi dalam OGMP 2.0 menandai fase baru perjalanan MedcoEnergi sebagai bagian dari solusi iklim global. Dalam konteks industri yang sedang beradaptasi menuju dekarbonisasi, strategi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan keberlanjutan bukanlah dua hal yang berseberangan, melainkan dua sisi dari visi jangka panjang menuju masa depan energi yang lebih hijau.











