Minyak Bisa Naik ke US$140 per Barel jika Harga dari Rusia Dibatasi

Jakarta, FORTUNE - Upaya Amerika Serikat (AS) menggalang dukungan untuk membatasi harga minyak mentah asal Rusia terus bergulir meski diterpa berbagai macam kritik. Langkah yang didorong untuk mengerem pemasukan Rusia itu juga menjadi salah satu upaya AS untuk mengendalikan lonjakan inflasi yang menyiksa konsumen BBM di berbagai negara.
Gal Luft, pengamat dari Institut Analisis Keamanan Global, mengatakan bahwa upaya pembatasan harga tersebut konyol lantaran minyak merupakan komoditas yang dapat dipertukarkan. Ia mengibaratkannya seperti konsumen yang pergi ke toko dan meminta penjual untuk menerima uang lebih sedikit atas harga suatu barang yang dijual.
“Anda tidak bisa menipu hukum penawaran dan permintaan, dan Anda tidak bisa menentang hukum gravitasi ketika menyangkut komoditas yang sepadan,” katanya dalam acara “Squawk Box Asia” CNBC.
Luft memprediksi bahwa jika pasar membatasi harga minyak Rusia, negara itu akan membatasi produksi minyaknya dan menciptakan kekurangan pasokan yang lebih parah di pasar.
"Orang-orang Eropa dan Amerika yang berbicara tentang (pembatasan harga) US$40 per barel, apa yang akan mereka dapatkan adalah US$140 per barel," Luft memperingatkan.
Luft bukan satu-satunya analis yang meragukan kegunaan skema pembatasan harga minyak.
Jorge Montepeque, yang disebut-sebut sebagai salah satu arsitek patokan harga minyak, mengatakan bahwa selama ini upaya menentukan batas harga selalu mengarah ke harga yang lebih tinggi, bukan lebih rendah. Sebagai informasi, Montepeque adalah analis dengan menciptakan mekanisme penetapan harga market-on-close (MOC) Platts, yang telah menjadi mekanisme harga minyak yang dominan.
"Semua mandat untuk menetapkan harga ini telah dicoba sebelumnya selama inflasi tinggi," kata Montepeque seperti dikutip Reuters.
"AS mencoba menetapkan harga minyak pada 1970-an, Inggris mencoba menetapkan harga valas di tahun 80-an, Meksiko mencoba menetapkan harga tortilla. Dan kemudian — boom! — pasar menjadi sepi. Ini buang-buang waktu.”
Tetapi demi argumen, Montepeque membuat asumsi bahwa semua negara setuju dengan pembatasan minyak dan Rusia menolak upaya tersebut. Jika hal tersebut terjadi, kata dia, maka Rusia akan meminta berbagai negara untuk mulai menawar harga yang lebih tinggi dari batas yang ditetapkan. "Segera sistem rusak karena pembeli memiliki alternatif untuk harga pasar minyak."