Pasar Kripto Bergejolak Usai Tarif Trump, Kini Perlahan Pulih

- Pasar kripto sempat anjlok parah.
- Trump meredakan kekhawatiran pasar dengan melemparkan komentar bernada lebih lunak.
- Koreksi tajam pasar kripto dipicu oleh aksi jual besar-besaran dan likuidasi posisi "long and short" derivatif.
Jakarta, FORTUNE - Pasar mata uang kripto bergejolak pada akhir pekan lalu, menandai penurunan paling tajam dalam sejarah. Menurut laporan Yahoo Finance, sekitar US$20 miliar lenyap karena Bitcoin anjlok 17 persen dalam hitungan jam. Aksi jual ini, dijuluki “Black Friday”.
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menyatakan pemicu utama peristiwa tersebut adalah sentimen pasar yang dipengaruhi oleh pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, atas kebijakan tarif Cina. Trump melemparkan ancaman tarif 100 persen atas impor asal Cina, yang langsung mengguncang sentimen global dan memicu aksi jual besar-besaran di pasar kripto.
Meski demikian, Fyqieh menilai situasi berbalik cepat ketika Trump kembali mengeluarkan komentar bernada lebih lunak pada platform Truth Social, Minggu. Pernyataan tersebut meredakan kekhawatiran pasar, yang kemudian diartikan sebagai langkah de-eskalasi yang disengaja.
“Investor menilai Trump berusaha mengendalikan arah narasi setelah mengguncang pasar sebelumnya, sehingga Bitcoin kembali mendekati level US$115.000 dan Ethereum pulih ke kisaran US$4.100,” ujar Fyiqieh dalam risetnya, dikutip Senin (13/10). “Beberapa trader menilai dinamika ini bukan kebetulan. Trump diduga sengaja memanfaatkan volatilitas akhir pekan agar reaksi pasar tradisional [seperti S&P] tertunda."
Saat ini, kripto yang awalnya melemah telah kembali pulih, didorong oleh aksi beli murah (bargain hunting) dari para crypto whale, serta institusi yang melihat peluang setelah penurunan ekstrem.
Pasar kembali menimbang faktor fundamental positif seperti prospek persetujuan ETF kripto dan rotasi modal dari emas ke aset digital.
“Kombinasi faktor ini mengembaikan keyakinan bahwa tren bullish jangka menengah hingga panjang di pasar kripto masih terjaga,” ujarnya.
Sementara itu, analis kripto sekaligus co-founder T.R.A.D.E Squad, Afid Sugiono, menilai momen “Black Friday” tersebut bukanlah pola historis yang selalu terjadi, melainkan pola psikologis dan teknikal pasar pada keadaan tertentu.
Kejatuhan pasar aset kripto disebabkan oleh aksi ambil untung secara berombongan oleh investor ritel dan institutional setelah adanya reli berkepanjangan. Faktor lain adalah ancaman Trump mengenakan tarif 100 persen terhadap impor dari Cina mulai 1 November 2025.
“Imbasnya, pasar melikuidasi posisi “long and short” derivatof secara besar-besar mencapai US$19,15 miliar,” ujarnya kepada Fortune Indonesia, Senin (13/10).
Ke depannya, Afid optimistis aset kripto masih bisa bangkit secara bertahap. Dengan beberapa sentimen yang bisa dijadikan acuan seperti adopsi institusional atas ETF Bitcoin dan aset kripto lainnya, penurunan suku bunga dan pelonggaran moneter, hingga narasi AI dan blockchain masih menjadi primadona bagi investor teknologi besar.
“Meskipun pekan lalu terjadi koreksi tajam, saya melihatnya sebagai potensi untuk mengakumulasi kepemilikan aset kripto saat terjadi koreksi/penurunan harga, sebelum pasar rebound dalam beberapa minggu ke depan,” katanya.
Dalam jangka pendek, pasar kemungkinan memasuki fase konsolidasi (sideways) sembari mencerna guncangan yang terjadi, kata Fyqieh. Banyak trader dan investor masih berhati-hati usai terjadi likuidasi massal, sehingga kenaikan lanjutan mungkin terbatas dalam beberapa hari atau minggu ke depan.
Hari ini, harga Bitcoin (BTC) terkoreksi 2,59 persen dalam satu hari menjadi US$114.714,09. Sementara itu, harga Ethereum (ETH) naik 8,34 persen menjadi US$4.134,17.