Jokowi Dukung 3 Mobilisasi Kebijakan untuk Atasi Perubahan Iklim
Pendanaan, investasi energi terbarukan menjadi fokus
Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong tiga kebijakan untuk mengatasi perubahan iklim. Dia berharap, parlemen di negara anggota Inter-Parliamentary Union (IPU) atau Uni Antar-Parlemen mampu memobilisasi kebijakan ini dan melakukan nyata dalam mengatasi perubahan iklim.
Hal tersebut disampaikan Jokowi pada Pembukaan Sidang Majelis Uni Antar-Parlemen Ke-144 dan Sidnang Terkait Lainnya, Minggu (20/03/2022), di Bali International Covention Centre (BICC), Badung, Bali.
Menurut Jokowi, isu ini seringkali dibicarakan dan tak jarang menghasilkan berbagai macam kebijakan dalam berbagai pertemuan global, namun aksi nyatanya masih belum terlihat.
“Saya berikan contoh saja transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan, dari energi batu bara masuk ke renewable energy. Kelihatannya mudah, tetapi dalam praktiknya itu adalah sesuatu yang yang sangat sulit di lapangan, utamanya bagi negara-negara berkembang,” kata Jokowi di Bali (20/3).
Mobilisasi tiga kebijakan untuk atasi perubahan iklim
Dalam kesempatan tersebutm Jokowi menyampaikan ada tiga hal yang perlu dimobilisasi dalam mengatasi perubahan iklim. “Pendanaan iklim ini harus segera kita selesaikan. Yang kedua, investasi dalam rangka renewable energy. Kemudian yang ketiga, yang berkaitan dengan transfer teknologi,” ujarnya.
Ia berharap, seluruh parlemen yang ada di negara-negara anggota IPU bisa memobilisasi bersama-sama dengan pemerintah, sehingga muncul sebuah keputusan dalam aksi yang betul-betul nyata dan konkret, serta bisa dilaksanakan di lapangan.
Potensi energi terbarukan Indonesia
Jokowi mengatakan, Indonesia memiliki potensi renewable energy yang begitu besar. Kekayaan alami ini begitu melimpah, mulai dari yang hydropower yang didukung oleh 4.400 sungai dengan potensi energi yang besar, geotermal dengan potensi 29.000 megawatt (MW), angin yang bertiup kencang, arus bawah laut, sampai energi matahari.
Namun, pengembangan energi terbarukan tersebut membutuhkan investasi yang besar, transfer teknologi, dan pendanaan iklim global serius yang didukung oleh dunia internasional.
"Kalau itu hanya kita bicarakan dari tahun ke tahun dan tidak ada mobilisasi, tidak ada keputusan, saya pesimis perubahan iklim ini betul-betul tidak bisa kita cegah sama sekali,” tandasnya.
Tantangan yang kini dihadapi dunia
Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa tantangan global yang dihadapi seluruh negara di dunia bertambah sulit. Disrupsi teknologi adalah salah satu masalah awal yang terkait dengan revolusi industri 4.0, namun belum juga solusinya diterapkan, muncul masalah pandemi Covid-19 yang berpengaruh di semua lini kehidupan tanpa diperkirakan sebelumnya.
“Sekarang kita rasakan langkanya energi, kenaikan harga pangan, kemudian kelangkaan kontainer dalam mengirim logistik yang ada, dan terjadinya kenaikan inflasi hampir di semua negara sehingga rakyat kesulitan dalam menjangkau harga-harga yang naik,” kata Jokowi.
Oleh karenanya, diperlukan kesadaran negara dunia untuk menyelesaikan masalah ini. Selain itu, di tengah berbagai tantangan global yang begitu banyak, Jokowi mengingatkan untuk selalu waspada dan tidak melupakan isu perubahan iklim.