BPS Laporkan Harga Beras di Tingkat Grosir dan Eceran Meningkat

- Harga beras pada tingkat grosir dan eceran naik.
- Beras grosir Rp13.604 per kg, eceran Rp14.708 per kg, inflasi bulanan 0,32 persen dan 0,26 persen.
- Produksi beras meningkat, produksi Subround I-2025 diperkirakan 13,95 juta ton.
Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya kenaikan harga beras di tingkat grosir dan eceran pada Februari 2025.
Menurut Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, harga beras grosir bulan ini mencapai Rp13.604 per kilogram, meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada pada angka Rp13.661. Sementara itu, harga beras eceran naik menjadi Rp14.708 per kilogram dari sebelumnya Rp14.670.
"Tingkat inflasi beras di grosir tercatat 0,32 persen secara bulanan (month-to-month/MtM), sedangkan inflasi harga beras eceran mencapai 0,26 persen mtm," ujar Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/3).
Di sisi lain, rata-rata harga beras di tingkat penggilingan justru mengalami penurunan 0,09 persen (MtM), menjadi Rp12.784 per kilogram dari sebelumnya Rp12.796 per kilogram. Amalia menjelaskan data tersebut mencakup berbagai jenis dan kualitas beras yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Produksi beras akan meningkat
BPS memperkirakan produksi beras selama kurun Januari-April 2025 (Subround I) akan menjadi yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir sejak 2019. Amalia mengatakan potensi produksi beras nasional diperkirakan meningkat 25,99 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Produksi beras pada Subround I-2025 diproyeksikan mencapai 13,95 juta ton, naik sebesar 2,88 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya," katanya.
Peningkatan produksi ini sejalan dengan bertambahnya luas tanam padi nasional, yang kini menggunakan data lahan baku sawah terbaru dari Kementerian ATR/BPN, yakni seluas 7.384.341 hektare.
Berdasarkan survei Kerangka Sampel Area (KSA) 2025, sekitar 5,03 persen lahan pertanian telah memasuki fase panen, meningkat dari Januari 2024 yang hanya 3,93 persen. Selain itu, survei juga menunjukkan bahwa 58,84 persen lahan saat ini ditanami padi dalam berbagai fase pertumbuhan, dengan perincian 23,32 persen dalam tahap vegetatif awal, 21,64 persen dalam vegetatif akhir, dan 13,87 persen dalam fase generatif.
"Proporsi standing crops pada Januari 2025 lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang hanya 50,33 persen. Ini menandakan potensi panen padi dalam periode Januari-April 2025 lebih baik dari tahun lalu," kata Amalia.
Lebih lanjut, realisasi luas tanam padi pada Januari 2025 mencapai 0,42 juta hektare, meningkat 41,8 persen dibandingkan dengan Januari 2024. BPS juga memproyeksikan potensi luas panen padi sepanjang Februari-April 2025 mencapai 4,14 juta hektare, bertambah 0,87 juta hektare dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.