NEWS

BI Peringatkan Inflasi Pangan Bakal Menggerus Pendapatan Masyarakat

Lonjakannya sudah melewati kenaikan gaji ASN.

BI Peringatkan Inflasi Pangan Bakal Menggerus Pendapatan MasyarakatSejumlah pedagang menata sayur dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (2/2/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
by
04 March 2024

Fortune Recap

  • Bank Indonesia (BI) memperingatkan kenaikan inflasi bahan pangan yang menggerus daya beli masyarakat.
  • Kepala Departemen Regional BI Anef Hartawan menekankan pentingnya menjaga lonjakan harga pangan agar tidak menggerogoti penghasilan masyarakat.
  • Inflasi volatile food telah melebihi kenaikan upah pegawai, dengan rata-rata inflasi bahan pangan sebesar 5,2 persen dari 2020-2023.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNEBank Indonesia (BI) mewanti-wanti bahwa kenaikan Inflasi flasi bahan Pangan bergejolak atau volatile food bakal menggerus daya beli masyarakat.

Kepala Departemen Regional BI, Arief Hartawan, mengatakan penting bagi pemerintah dan tim pengendali inflasi pusat (TPIP) serta tim pengendali inflasi daerah (TPID) untuk menjaga harga pangan tidak mengalami lonjakan. 

“Jangan sampai kenaikan harga pangan menggerogoti penghasilan mereka. Bagian volatile food ini bahan kebutuhan pokok yang dikonsumsi hampir setiap hari,” kata dia dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idulfitri 2024, Senin (4/3).

Arief menjelaskan saat ini inflasi volatile food telah melebihi kenaikan upah pegawai. 

Secara historis sejak 2020-2023, rata-rata inflasi bahan pangan mencapai 5,2 persen. Dia membandingkannya dengan gaji ASN yang naik rata-rata 6,5 persen sepanjang 2019-2024, dan UMR buruh yang bahkan kurang dari 5 persen.

Dalam tiga bulan terakhir, inflasi pangan mengalami lonjakan.

Pada Januari 2024, persentasenya mencapai 7,22 persen secara tahunan, tapi kemudian naik menjadi 8,47 persen pada Februari 2024. 

BI menilai inflasi pangan harus dikembalikan pada kisaran 5 persen. Pasalnya kelompok ini memiliki bobot relatif besar pada komposisi pengeluaran masyarakat, yaitu mencapai 33,7 persen.

Bank Indonesia juga menganggap kestabilan harga pangan sebagai kunci stabilitas sosial dan keamanan nasional.  

"Inflasi volatile food masih cenderung meningkat, terutama disumbang oleh kenaikan harga beras, aneka cabai, telur ayam, dan daging ayam ras. Hal-hal ini perlu kita jaga dari waktu ke waktu," ujar Arief.

Related Topics