NEWS

ID Food Pacu Produksi Gula, Target 300.000 Ton Tahun Ini

Setiap tahun target produksi gula ID Food terus meningkat.

ID Food Pacu Produksi Gula, Target 300.000 Ton Tahun IniShutterstock/Avatar_023
by
13 July 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Holding BUMN pangan, ID Food, menggenjot produksi gula melalui sejumlah pabriknya seperti PG Tersana Baru, PG Sindanglaut, PG Jatitujuh, PT PG Rajawali II dan PG Candi Baru, yang telah memulai musim giling gula.

Target produksi pada musim giling tahun ini mencapai 300.433 ton, yang berasal dari jumlah tebu tergiling mencapai 3,96 juta ton dari lahan seluas 51.857 hektare. 

Direktur Utama ID Food, Frans Marganda Tambunan, mengatakan target produksinya secara tahunan terus meningkat. Pada 2022, produksinya mencapai 264.907 ton dengan tingkat rendemen 6,66 persen pada luas lahan 50.857 hektare. 

"Tingkat produktivitas [pada 2023] sebesar 76 ton per hektare dan target rendemen sebesar 7,59 persen,” kata dia melalui keterangan pers yang dikutip Rabu (13/7).

ID Food mengandalkan pengoperasian PG Sindanglaut di Cirebon, Jawa Barat, sebagai salah satu upaya menggenjot produksinya karena produksinya dari tahun ke tahun terus meningkat. 

Pada 2021, produksi gula di sana mencapai 54.000 ton; pada 2022, meningkat menjadi 70.000 ton; dan pada musim giling 2023 ditargetkan mencapai 87.000 ton.

Seimbangkan harga dari hulu dan hilir

Melalui pabrik-pabrik gula yang dikelolanya, ID Food mendukung program pemerintah dalam kemandirian pangan gula nasional, kata Frans. Itu dilakukan dengan meningkatkan kemitraan petani tebu rakyat untuk menjaga pasokan gula serta berkomitmen untuk menjaga harga gula di tingkat petani.

ID Food pun mendukung upaya Bapanas bersama seluruh stakeholder gula nasional lainnya yang baru saja meninjau Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP). Apalagi, ID Food melihat langkah tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan harga di sektor hulu dan hilir sesuai struktur ongkos produksi saat ini, sehingga memberikan keuntungan yang wajar di semua lini.

"Langkah ini seiring dengan arahan Presiden (Joko Widodo) yang meminta agar harga pangan dijaga keseimbangannya, sehingga agar bisa menghasilkan harga yang wajar di tingkat produsen, distributor, dan konsumen," katanya.

Butuh tambahan produksi gula dalam negeri

Berdasarkan data angka tetap produksi akhir giling, produksi gula nasional pada 2022 mencapai 2,4 juta ton atau naik 2,1 persen dibandingkan dengan 2021 yang mencapai 2,35 juta ton.

Produksi tersebut berasal gilingan tebu dalam negeri oleh pabrik gula dan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi sebesar 3,2 juta ton, sehingga masih dibutuhkan tambahan produksi untuk swasembada sebesar 850.000 ton.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan pengembangan gula tebu terganjal sejumlah tantangan. Di antaranya adalah perlunya pengoptimalan kembali produksi gula tebu, pemanfaatan teknologi, dan ketersediaan varietas unggul baru yang adaptif di lahan kering.

Tantangan lainnya: dukungan pengolahan, ketidakstabilan harga, peningkatan kuantitas SDM, keterbatasan lahan tebu, minimnya investasi terhadap industri gula berbasis tebu, dan perubahan iklim. 

“Untuk mengatasi tantangan tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Perkebunan berupaya membuat regulasi yang mendukung hubungan yang harmonis antara pabrik gula dan pekebun tebu sehingga dapat meningkatkan semangat pekebun untuk mengoptimalkan dan mendorong produktivitas, mutu tebu, dan rendemennya," ujar Syahrul.

Related Topics