NEWS

BPS Catat Inflasi November 2022 5,42 Persen

Tekanan inflasi November relatif melemah.

BPS Catat Inflasi November 2022 5,42 PersenDok. Badan Pusat Statistik

by Hendra Friana

01 December 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 5,42 persen (year on year/yoy) atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 107,05 pada November 2021 menjadi 112,85 pada November 2022.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, tekanan inflasi di bulan lalu mengalami perlemahan jika dibandingkan Oktober 2022 yang sebesar 5,71 persen (yoy). Sementerara itu, tingkat inflasi tahun kalender (year to date/ytd) pada November 2002 tercatat sebesar 4,82 persen. Adapun tingkat inflasi bulan ke bulan (month to month/mtm) sebesar 0,09 persen.

"Terdapat tekanan inflasi yang melemah pada bulan November 2022 ini kalau kita lihat secara year on year," ujarnya dalam konferensi pers Kamis (1/12).

Menurut Setianto, komoditas penyumbang inflasi tertinggi pada bulan lalu antara lain bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, rokok, beras, telur ayam ras, serta tarif angkutan dalam kota. 

Sedangkan jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluarannya, inflasi tahunan pada November paling besar terjadi pada kelompok transportasi yaitu 15,45 persen, dengan andil terhadap inflasi keseluruhan sebesar 1,86 persen.

Inflasi berdasarkan wilayah

Setianto melanjutkan, jika dilihat berdasarkan wilayahnya, inflasi tertinggi pada November 2022 terjadi di di Tanjung Selor, Kalimantan Utara, yakni sebesar 9,20 persen. Ini disebabkan antara lain oleh angkutan udara dengan andil sebesar 2,07 persen, bensin dengan andil 1,27 persen, bahan bakar rumah tangga dengan andil 0,87 persen, serta cabe rawit dengan andil sebesar 0,37 persen.

Sementara inflasi terendah terjadi di Kota Ternate, Maluku Utara sebesar 3,26 persen. Inflasi rendah di Ternate antara lain disebabkan angkutan udara dengan andil 1,21 persen, bensin 0,66 persen, bawang merah 0,39 persen, serta bahan bakar rumah tangga 0,21 persen.

Kemudian, jika dilihat berdasarkan pulaunya, inflasi tertinggi di Sumatera terjadi di Bukittinggi yaitu sebesar 7,01 persen. Kemudian di Jawa, inflasi tertinggi terjadi di Jember yaitu sebesar 7,76 persen.

Untuk Pulau Bali dan Nusa Tenggara, inflasi tertinggi terjadi di kota Kupang yaitu 7,30 persen. "Sedangkan untuk di pulau Sulawesi inflasi tertinggi di kota Parepare sebesar 7,11 persen. Sementara Maluku dan papua inflasi tertinggi terjadi di kota Jayapura yaitu 6,81 persen," jelas Setianto.

Komponen pendorong inflasi

Sementara itu, jika dilihat berdasarkan komponennya, tekanan inflasi pada November 2022 dapat menurun karena meredanya inflasi pada komponen harga bergejolak.

Setianto menuturkan, komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 5,70 persen lebih rendah dibandingkan posisi Oktober 2022 yang 7,19 persen. "Andil untuk komponen ini sebesar 0,95 persen," ucapnya.

Kemudian, komponen harga diatur pemerintah juga mengalami inflasi tahunan 13,01 persen atau lebih rendah dibandingkan Oktober 2022 yang sebesar 13,28 persen. Padahal, andil untuk komponen ini cukup besar, yakni 2,30 persen.

"Kalau kita lihat komoditasnya banyak didorong oleh kenaikan harga bensin bahan bakar rumah tangga tarif angkutan udara dan angkutan dalam kota dalam setahun terakhir ini," sebutnya.

Adapun komonen inti mengalami inflas sebesari 3,30 persen atau lebih besar dari Oktober yang sebesar 3,31 persen dan memiliki andil 2,17 persen. "Jadi secara keseluruhan tahunan untuk inflasi inti masih relatif terkendali," tandasnya.