Cadangan Devisa Indonesia pada Oktober Turun Jadi US$133,1 Miliar
Penurunan dalam tiga bulan berturut-turut sejak Agustus.
Jakarta, FORTUNE - Catatan Bank Indonesia (BI) menunjukkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2023 mencapai US$133,1 miliar, lebih kecil ketimbang US$134,9 miliar pada akhir September 2023.
Direktur Departemen Komunikasi BI, Nita A. Muelgini, mengatakan penurunan tersebut dipengaruhi oleh, antara lain, pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan stabilisasi nilai tukar rupiah demi mengantisipasi dampak rambatan atas kian meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (7/11).
BI memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, "seiring dengan respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," katanya.
Turun 3 bulan berturut-turut
Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia telah mengalami penurunan tiga bulan berturut-turut sejak Agustus 2023.
Pada Agustus, cadev mencapai US$137,1 miliar atau turun dari posisi Juli yang mencapai US$137,7 miliar.
Kemudian pada September, cadev kembali turun menjadi US$130,8 miliar, dan pada akhir Oktober lalu tergerus menjadi US$133,1 miliar.
Dalam keterangan resminya, Kepala Departemen Komunikasi BI saat itu, Erwin Haryono, mengatakan penurunan cadev September disebabkan oleh, di antaranya, kebutuhan stabilisasi nilai tukar rupiah dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Cadev September lalu setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor atau 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Meski BI masih optimistis dan menganggap posisi cadev masih aman saat itu—terutama karena didukung berbagai respons kebijakan yang mendukung proses pemulihan ekonomi nasional—alarm bahaya bagi bank sentral sebenarnya terus bergema. Apalagi, Fed kembali menahan suku bunga acuannya pada level 5,25-5,5 persen awal bulan ini.
Di sisi lain, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga mentok pada level 4,94 persen, dan lebih rendah dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya, yakni 5,17 persen.