NEWS

Ekspor Gandum Ukraina Tersendat Jelang Musim Panen

Produksi pertanian Ukraina diprediksi turun drastis.

Ekspor Gandum Ukraina Tersendat Jelang Musim PanenIlustrasi Konflik rusia-ukraina. Shutterstock/Tomasz Makowski
20 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Panen gandum di Ukraina akan segera berlangsung dalam waktu dekat. Namun, perang yang masih berkecamuk dengan Rusia membuat pengiriman ekspor dari negara tersebut tersendat. Pasalnya, pelabuhan utama Ukraina masih ditutup meskipun berbagai negara berupa mencapai kesepakatan agar izin untuk arus keluar-masuk barang dari tempat dirilis.

Mengutip Bloomberg, pertanian Oleksandr Peretiatko di Ukraina Tengah bahkan memutuskan untuk memasukkan biji-biji gandum yang baru dipotong ke dalam kantong silo polimer besar yang memakan lahan 5.000 hektare (hampir setengah dari 12.000 hektare lahan pertanian wilayah tersebut) karena tidak ada tempat penyimpanan lain.

Kondisi ini menggambarkan besarnya dampak invasi Rusia pada sektor pertanian Ukraina. Hingga kini, para petani mencari alternatif untuk menyimpan stok yang terus bertambah sambil mencemaskan berapa banyak yang bisa mereka tanam untuk musim 2023. 

Hal ini membuat kemampuan Ukraina untuk memasok dunia dengan gandum dan biji-bijian lainnya di waktu-waktu mendatang akan terbatas. Terlebih, kualitas gabah dan hasil panen juga akan menurun jika tanaman dibiarkan lebih lama di ladang karena kurangnya penyimpanan.

“Kami akan sangat khawatir dengan tahun depan tentang masalah yang kami hadapi saat ini,” kata Dmitry Skornyakov, kepala eksekutif HarvEast, yang bertani di timur dan utara Ukraina. “Karena masalah tahun depan, percayalah, akan jauh lebih buruk.”

Ukraina adalah salah satu pengekspor gandum, jagung, dan minyak bunga matahari terbesar sebelum Rusia melakukan invasi, dan penghentian pasokan membawa gelombang dirupsi di pasar pertanian global. Imbasnya, kenaikan harga pangan mencapai rekor yang tak pernah terjadi sebelumnya dan meningkatkan kekhawatiran kelaparan di seluruh dunia.

Ekspor Turun Drastis

Pemerintah Ukraina memperkirakan produksi biji-bijian bakal turun sekitar 40 persen dibandingkan tahun lalu. Selain perang yang menyebabkan banyak lahan terbengkalai, kekurangan pupuk juga jadi penyebab turunnya produktivitas pertanian. Kondisi ini mewariskan tumpukan produksi biji-bijian hingga 20 juta ton pada musim tanam yang dimulai bulan depan.

Tak hanya itu, menurut menteri pertanian Ukraina, seperlima dari produksi gandum siap jualnya juga telah rusak atau hilang ke wilayah yang diduduki oleh pasukan Rusia. Akibatnya, petani berpotensi kekurangan 10 hingga 15 juta ton penyimpanan pada Oktober mendatang.

Memang, beberapa hasil tanaman saat ini mengalir ke luar negeri melalui kereta api, jalan raya dan sungai. Akan tetapi, rute pengiriman tersebut lebih panjang dan membutuhkan waktu tunggu yang lama. 

Padahal, ekspor gandum Ukraina biasanya mencapai puncaknya tepat setelah panen dan membuat negara-negara tetangganya di Uni Eropa kesulitan bersaing dengan hasil panen mereka sendiri.

“Pengiriman yang panjang, sulit, mahal adalah masalah yang sangat besar,” kata Skornyakov. “Padahal dalam sebulan, kita akan mendapatkan panen baru. Dan saya kira kondisi itu akan menjadi lebih buruk.”

HarvEast, perusahaan Skornyakov, telah terpukul oleh serangan Rusia lantaran 80 ribu dari sekitar 127 ribu hektare lahan pertaniannya berada di wilayah pendudukan Rusia. Belum lagi, ada 9.000 hektare lahan lainnya di dekat Kyiv yang penuh dengan ranjau, dan setengahnya tidak dibersihkan tepat waktu untuk ditanami. Suatu kali, kata dia, sebuah traktor meledak saat pembersihan dilakukan di salah satu lahan tersebut.

Sementara pada lahan yang masih aman dan berada di bawah kendali perusahaan, musim panen gandum dan kacang polong sudah dekat. Untuk itu, perusahaan memanfaatkan kantong silo yang telah mereka gunakan untuk menyimpan hasil panen dalam satu dekade terakhir. Jumlah penggunaannya akan ditingkatkan karena 20-30 persen dari hasil panennya tak bisa dijual pada musim ini.

Petro Melnyk, presiden Klub Agribisnis Ukraina, mengatakan krisis pertanian yang lebih besar akan dihadapi pada musim gugur mendatang. Dan untuk tanaman yang harus disimpan terlebih dahulu seperti jagung, kantong silo akan sangat membantu. Sayangnya, medium penyimpanan tersebut tidak akan menyerap seluruh surplus dan petani juga membutuhkan kapasitas untuk membersihkan dan mengeringkan biji-bijian, katanya.

Di samping itu, kantong silo juga tidak dapat digunakan untuk beberapa tanaman utama seperti bunga matahari. Karena itu, menurut Asosiasi Gandum Ukraina, jagung kemungkinan akan dibiarkan lebih lama di ladang, kendati dapat merusak kualitas dan hasil panennya.

Sejauh ini, Ukraina telah meminta mitra Eropa untuk membantu mengamankan musim tanam berikutnya. Perdana Menteri Ukraina menyatakan penyimpanan seluler jadi opsi karena dapat menambah kapasitas 15 juta ton. Sekutu Ukraina lainnya seperti AS telah menawarkan untuk membangun silo sementara di negara-negara yang berbatasan seperti Polandia.

Selain bantuan antar negara, kerja sama antar perusahaan juga dilakukan. Perusahaan agribisnis Ukraina IMC telah bermitra dengan peternakan lain untuk mengirim kantong silo dari Brasil, kata kepala eksekutifnya Alex Lissitsa. Pasalnya, produksi perusahaan yang kosong pada Juni telah siap untuk mengisi kembali dengan panen gandum yang hampir tiba. Tahun ini, mereka masih menyimpan sekitar 200.000 ton jagung hasil panen dari tahun lalu, sepertiga dari total produksinya.

Tanpa peningkatan penjualan, petani akan memiliki lebih sedikit dana untuk mengamankan benih dan input untuk penanaman gandum musim dingin yang dimulai pada Agustus mendatang. Dan setiap pengurangan produksi dapat memperburuk pasokan ketat dunia ketat dalam waktu yang lebih panjang lagi.

Related Topics