NEWS

Najwa Shihab Sebut Upaya Membungkam Kritik Kian Marak di Era Digital

Najwa mengaku kerap disebut tebang pilih dalam membahas isu.

Najwa Shihab Sebut Upaya Membungkam Kritik Kian Marak di Era DigitalFounder Narasi Najwa Shihab. (Doc: IDN Times)

by Hendra Friana

30 September 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Founder Narasi TV Najwa Shihab menyebut upaya pembungkaman terhadap suara kritis kian jamak terjadi di era digital seperti sekarang. Hal tersebut banyak dialami oleh jurnalis atau awak media di Indonesia. 

Najwa mengatakan, biasanya hal tersebut dilakukan dengan cara mendiskreditkan jurnalis ketika data-data yang disampaikan sukar dibantah atau didebat. 

"Ketika tidak bisa mendebat apa isi pesannya yang dilakukan adalah menjatuhkan kredibilitas si penyampai pesan. Kill the messenger. Dan di era digital seperti sekarang sangat mudah strategi kill the messenger itu," ucapnya dalam sesi talkshow bertajuk The Future of Indonesia Democracy di Indonesia Milenial and Gen-Z Summit, Jumat (30/9).

Bahkan, hal tersebut tak hanya dialami jurnalis ketika mengkritik kebijakan pemerintah. Dalam masa kampanye pemilihan umum, seringkali jurnalis dideskriditkan ketika membuat informasi yang dinilai tak menguntungkan salah satu pihak. 

"Kritiknya valid jadi yang dilakukan adalah menciptakan cerita-cerita bahkan fitnah untuk membuat si penyampai pesan kredibilitasnya dipertanyakan," tuturnya.

Menurut Najwa, hal tersebut bisa terjadi karena kontestasi politik seringkali memicu polarisasi antar masyarakat. Ia, misalnya, pernah pernah dituding tebang pilih pada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Dibilangnya Mata Najwa tebang pilih ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan," tuturnya.

Tentu Najwa dengan tegas membantah tudingan tersebut. Sebab ia memang kerap membahas isu yang terkait dengan kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies.

"Soal banjir beberapa kali, soal anggaran yang harga pulpennya luar biasa naudzubillah Min dzalik gak masuk akal, itu kita bahas. Soal kelebihan bayar kita bahas," jelas Najwa.

Berita yang berimbang

Najwa mengatakan kerap mengundang pihak-pihak yang kritis dengan kebijakan Gubernur Anies. Dan untuk membuat pemberitaan lebih berimbang, telah mencoba mengundang mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu untuk memberikan klarifikasi. Sayang, beberapa kali usaha untuk mengundang Anies berujung buntu. 

"Tapi sebetulnya tidak datang itu biasa. Pejabat publik kalau hal-hal yang gak ngenakin biasanya menghindari. Jadi bukan hanya Gubernur DKI Jakarta," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Anies Baswedan juga bicara tentang peran penting media untuk menciptakan demokrasi yang sehat. Salah satunya untuk lebih seimbang dalam memberitakan berbagai hal persoalan lintas sektor.

"Jadi Kalau saya boleh usul bagaimana mengubah ini semua, yang dikatakan tadi, persepsi negatif tentang politik dengan lebih sering menunjukkan balance, bukan hanya yang problematik, tapi yang non problematik diberikan ruang," tuturnya.

Terlebih, di era digital seperti sekarang, berbagai masalah dengan sangat gampang di temui di media sosial. Padahal, tak semua isu yang jadi topik pembicaraan sosial media, penting untuk dibahas.

"Saya khawatir jika selama ini kita belanja topik di untuk dibahas di media terus sosial media. Sementara yang dibicarakan di sosial media belum tentu urusan yang mendasar untuk kita," tandasnya.