Surplus APBN Juli 2023 Naik 44 Persen, Sri Mulyani Kurangi Tarik Utang
Penarikan utang baru kini 28 persen dari target.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan APBN masih mencatatkan surplus Rp153,5 triliun atau 0,72 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) per 31 Juli 2023.
Surplus tersebut melonjak 44,0 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp106,6 triliun atau 0,54 persen terhadap PDB.
Surplus tersebut disebabkan pendapatan negara yang mencapai Rp1.614,8 triliun atau tumbuh 4,1 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Sedangkan belanja negara per 31 Juli lalu baru mencapai Rp1.461,2 trilun atau tumbuh 1,2 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, kesimbangan primer—total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang—juga berada pada level surplus Rp394,5 triliun atau naik 24,6 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp316,6 triliun.
Menurut Sri Mulyani, surplus APBN dan keseimbangan primer tersebut menjadi sinyal bahwa APBN tetap bisa terjaga kesehatannya.
"Untuk menopang dan melindungi rakyat, mendukung pemulihan ekonomi dan menjaga agar agenda penting nasional seperti Pemilu bisa tetap berjalan seusai jadwal dan stabilitas ekonomi dan keuangan negara tetap terjaga," ujarnya.
Penarikan utang bekurang
Sejalan dengan kondisi surplus tersebut, realisasi pembiayaan anggaran juga dapat ditekan, dan baru mencapai Rp163,9 triliun atau 27,4 persen terhadap target APBN 2023.
Realisasi tersebut turun 17 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp197,5 triliun.
"Menggambarkan tadi bahwa APBN dengan penerimaan yang masih cukup kuat dan sehat meskipun kita masih tetap waspada dan belanja yang terjaga kita bisa menurunkan pembiayaan utang secara sangat tajam dan konsisten," kata Sri Mulyani.
Total pembiayaan anggaran melalui melalui utang telah mencapai Rp194 triliun atau baru 28 persen dari target APBN dan turun 17,8 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Secara terperinci, pembiayaan utang melalui SBN mencapai Rp184,1 triliun atau turun 17,8 persen dibandingan dengan periode sama tahun lalu.
Sedangkan pembiayaan utang melalui pinjaman mencapai Rp10,9 triliun atau turun 17 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.