Harga Minyak Dunia Meroket Imbas Sanksi AS terhadap Rusia


- Harga minyak dunia naik di atas US$81 per barel, level tertinggi dalam empat bulan terakhir
- Kenaikan harga Brent sebesar US$1,48 atau 1,86%, mencapai titik tertinggi sejak 27 Agustus 2024
- Sanksi AS terhadap Rusia berdampak pada ekspor minyak ke Tiongkok dan India, memicu kenaikan harga dan biaya pengiriman
Jakarta, FORTUNE – Harga minyak dunia kembali mengalami lonjakan hari ini, Senin (13/1). Lonjakan ini terlihat dengan harga Brent yang menembus lebih dari US$81 per barel, mencapai level tertinggi dalam lebih dari empat bulan terakhir.
Perluasan sanksi AS diperkirakan akan berdampak pada ekspor minyak mentah Rusia, khususnya ke negara-negara pembeli utama seperti Tiongkok dan India.
Harga minyak mentah Brent tercatat naik sebesar US$1,48 atau sekitar 1,86 persen, menjadi US$81,24 per barel setelah mencapai titik tertinggi intraday sebesar US$81,49, yang merupakan level tertinggi sejak 27 Agustus 2024.
Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami kenaikan, yakni US$1,53 atau sekitar 2 persen, menjadi US$78,10 per barel setelah mencatatkan level tertinggi sejak 8 Oktober 2024.
Sejak Rabu (8/1), harga Brent dan WTI telah mengalami kenaikan lebih dari 6 persen, dengan lonjakan signifikan terjadi setelah Departemen Keuangan AS memberlakukan sanksi yang lebih luas terhadap minyak Rusia pada Jumat (10/1).
Sanksi tersebut mencakup perusahaan-perusahaan produsen minyak seperti Gazprom Neft hingga Surgutneftgas, serta 183 kapal yang terlibat dalam pengiriman minyak Rusia. Langkah ini akan membatasi pendapatan yang digunakan Rusia untuk mendanai perang terhadap Ukraina.
Sanksi baru ini diperkirakan akan memengaruhi ekspor minyak Rusia, yang mendorong Tiongkok dan India sebagai dua importir terbesar dan ketiga terbesar di dunia, untuk mencari pasokan minyak mentah dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika, yang diprediksi akan mendorong kenaikan harga dan biaya pengiriman.
Prediksi Analis
Analis dari RBC Capital menilai bahwa sanksi AS terhadap Rusia dapat memperburuk ketidakpastian.
"Sanksi baru terhadap Rusia yang dikeluarkan oleh pemerintahan Trump adalah tambahan terhadap pasokan yang berisiko, sehingga menambah ketidakpastian terhadap prospek (kuartal pertama)," kata mereka, seperti dikutip dari Reuters.
Diperkirakan, serangkaian sanksi terbaru AS akan mencakup kapal-kapal yang berhubungan dengan aktivitas pengangkutan minyak mentah Rusia, dengan total sekitar 1,5 juta barel per hari yang diangkut melalui jalur laut pada 2024. Ini termasuk 750.000 barel per hari untuk ekspor ke Tiongkok dan 350.000 barel per hari ke India.
"Secara keseluruhan, penambahan jumlah kapal tanker yang dikenakan sanksi karena mengangkut minyak Rusia dapat menjadi hambatan logistik besar bagi arus minyak mentah pascainvasi," ujar para analis.
Banyak kapal tanker yang disebutkan dalam sanksi terbaru sebelumnya telah digunakan untuk mengirim minyak ke India dan Tiongkok sebagai dampak dari sanksi Barat yang diberlakukan sebelumnya, serta pembatasan harga yang diterapkan oleh negara-negara G7 pada tahun 2022, yang mengalihkan perdagangan minyak Rusia dari Eropa ke Asia. Beberapa kapal juga telah terlibat dalam pengiriman minyak dari Iran, yang juga mendapat sanksi dari AS.
"Putaran terakhir sanksi OFAC yang menargetkan perusahaan minyak Rusia dan sejumlah besar kapal tanker akan berdampak, khususnya bagi India," ungkap Harry Tchilinguirian, Kepala Penelitian di Onyx Capital Group.