Kementerian ESDM Andalkan Pembangkit Listrik dengan 3 Sumber EBT

Jakarta, FORTUNE – Guna mempercapat target netral karbon pada 2060, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengandalkan 3 sumber energi baru terbarukan (EBT) sebagai pembangkit listrik di Indonesia.
“Tahun 2060 kapasitas pembangkit EBT bisa mencapai 587 Gigawatt (GW) kontribusi pembangkit listrik ini akan didominasi oleh tenaga surya, air, dan biomassa,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Ego Syahrial, dalam sebuah acara bertajuk ‘Green Economy Indonesia’ pada Rabu (11/5).
Ego menyampaikan bahwa ketiga sumber EBT ini menjadi prioritas karena tersedia dengan potensi cukup besar di Indonesia, terutama di luar Pulau Jawa.
Dalam proyeksi Kementerian ESDM hingga 2060, rencana kapasitas terpasang untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah sebesar 361 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mencapai 83 GW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBio) dengan besaran 37 GW.
Selain itu, sumber EBT lainnya yang akan digunakan dalam pembangkit listrik, antara lain tenaga angin, nuklir, panas bumi, dan arus laut.
Super grid dan smart grid

Salah satu faktor yang mendukung terwujudnya pembangkit listrik dengan sumber EBT, menurut Ego, adalah sambungan berteknologi super grid dan smart grid. Kedua sambungan ini merupakan kunci peningkatan penetrasi EBT yang diperkirakan mencapai hampir 600 GW untuk setiap pulau di Indonesia.
“Kami ingin menyambung seluruh koneksi di Kalimantan dan Sulawesi. Untuk selanjutnya cita-cita kami adalah di bagian timur Indonesia, karena di situ adalah sumber dari EBT,” kata Ego.
Super grid adalah jaringan transmisi area luas yang umumnya terbentang melintasi benua dan antarnegara. Sedangkan, smart grid adalah inovasi yang memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi, komputer, dan siber, untuk melakukan pengendalian dan pengoperasian sistem dalam penyaluran tenaga listrik.
Sumber EBT adalah bagian dari ekosistem ekonomi hijau

Pemerintah Indonesia sangat mendorong pembangunan ekosistem ekonomi hijau untuk mengurangi dampak pemanasan global dan efek gas rumah kaca, seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diharapkan terus terjaga.
Untuk itu, pembangkit listrik dengan ketiga sumber EBT ini pun menjadi bagian dalam peta jalan yang disusun oleh Kementerian ESDM. Pada 2021, realisasi porsi EBT dalam bauran energi nasional sendiri baru 11,7 persen, sedangkan target bauran listrik bersih baru 23 persen pada 2025.
Menurut Ego, agar target ini berjalan, dibutuhkan beberapa regulasi untuk mendukung percepatan pengembangan EBT, seperti Peraturan Presiden tentang pembelian EBT. “Kami juga ingin memberikan kemudahan dalam perizinan usaha yang berasal dari Kementerian-Kementerian terkait, juga tentunya butuh insentif fiskal dan non-fiskal untuk pengembangan EBT,” ucapnya.